Cermati Saham Bank Central Asia

VIVAnews - Meningkatnya likuiditas yang akan menjadi modal untuk pengembangan bisnis PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), serta proyeksi penurunan suku bunga acuan (BI Rate) akan menjadi sentimen positif bagi pergerakan saham.

Namun, meningkatnya ancaman kredit macet (NPL) yang bisa manahan pertumbuhan kredit perseroan akibat resesi ekonomi global tetap menghantui kinerja Bank Central Asia di tahun ini.

"Jadi, sebaiknya cermati dulu BBCA meski harga saham bergerak menuju target harganya di Rp 3.910," ujar Andrew Sihar, analis PT Reliance Securities Tbk kepada VIVAnews di Jakarta, Selasa, 2 Juni 2009.

Menurut Andrew, naiknya dana pihak ketiga (DPK) sebesar 14 persen di kuartal I-2009 dan program pembelian kembali obligasi rekap pemerintah (buy back government recap bond) sebesar Rp 6,3 triliun di akhir 2008 membuat likuiditas BBCA menumpuk.

Punya Banyak Proyek Properti di Bandung Raya, APLN Pede Kuasai Pasar Jawa Barat

"Belum lagi, jadwal obligasi pemerintah yang akan jatuh tempo di 2009 yaitu sebesar Rp 3,3 triliun akan memperkuat permodalannya," ujarnya.

Selain itu, rendahnya laju inflasi memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan kebali suku bunga acuan. Penurunan BI Rate akan berdampak pada penurunan bunga kredit dan cost of fund. Bunga kredit rata-rata diperkirakan 12 persen, sedangkan cost of fund sekitar tiga persen.
 
Namun, kata dia, besarnya jumlah likuiditas yang tersedia masih terlalu beresiko untuk dialokasikan ke kredit dalam jumlah yang besar. Sebab, iklim bisnis belum kondusif untuk menyalurkan kredit. Apalagi, resiko terjadinya NPL meningkat.

Diketahui, dampak dari resesi ekonomi global membuat pertumbuhan kredit melambat. Pertumbuhan penyaluran kredit perseroan pada kuartal I-2009 turun 5,6 persen. Untuk itu, hingga tahun 2010, BBCA mematok pertumbuhan kredit yang relatif rendah yaitu 10-15 persen.

Lebih lanjut, Andrew menuturkan, dengan menggunakan metode valuasi GGM model dengan asumsi dividend payout ratio 50 persen, ROE 27 persen, growth 13,5 persen, dan risk free 11,26 persen, maka diperoleh target harga BBCA Rp 3,910.

Namun, dirinya merekomendasikan cermati saja BBCA untuk jangka pendek. Sebab, price to book value (PBV) BBCA relatif lebih tinggi dari rata-rata industri dan pertumbuhan NIM yang terbatas.

Sosok Mayat bayi ditemukan terbungkus kardus dan mengambang  di Kanal Banjir Barat (KBB), Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat 26 April 2024.

Mayat Bayi Ditemukan Terbungkus Kardus di Tanah Abang, Diduga Dibuang Sang Ayah.

Mayat bayi ditemukan terbungkus kardus dan mengambang di Kanal Banjir Barat (KBB), Tanah Abang Jakarta Pusat, Jumat 26 April 2024. Pelaku ayah biologisnya sudah ditangkap

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024