Ratidjo HS

Dari Budidaya, Wisata, Hingga Sekolah Jamur

VIVAnews - USIANYA memang sudah tak muda lagi. Namun semangatnya membudidayakan jamur patut diacungi jempol. Ragam jamur dia pelajari sejak muda menjadikan Ratidjo HS, 64 tahun, kini hidup lebih dari cukup dari budidaya jamur.

Sejak muda, Ratidjo telah akrab dengan jamur. Bekerja di dua perusahaan budidaya jamur awal dari ketertarikannya untuk berwiraswasta jamur.

KPK Cegah Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Usai jadi Tersangka Kasus Korupsi Potongan Insentif

"Saat ahli jamur dari Taiwan datang ke perusahaan tempat saya bekerja, banyak pelajaran bagaimana berbudidaya jamur yang saya ketahui," kata Ratidjo, saat menceritakan awal merintis usaha kepada VIVAnews.

Ratidjo tidak mau setengah-setengah. Pria asli Dusun Miron, Desa Pandowoharjo, Sleman, Yogyakarta tak hanya sekedar menyerap ilmu budidaya, tetapi juga mencermati bagaimana pemasaran dari petani hingga ke pasar tradisional dan modern.

Bertekad wirausaha sendiri, Ratidjo mengundurkan diri dari perusahaan dan membuka usaha sendiri. Tak berhenti dengan produksi dan berjualan jamur mentah, dibantu kemampuan istrinya memasak, Ratidjo mencoba meramu berbagai macam menu dari jamur.

"Banyak yang kemudian tertarik. 2005 saya lalu membuka Rumah Makan Jejamuran yang menyediakan berbagai macam masakan dari jamur," katanya.

Polisi: 30 Persen Kendaraan Pemudik Belum Balik Jakarta

Jamur ia olah menjadi gudeg, tongseng, pepes, sate, jamur bakar, penyet jamur, rendang jamur crispy jamur, hingga tomyam jamur dan garang asem jamur.

Respon masyarakat terhadap hasil inovasinya berdatangan. Jika pada mulanya restoran Jejamuran hanya menghabiskan beberapa kilogram jamur, saat ini perhari Ratidjo menghabiskan sampai 150 kilogram jamur.

Bahkan pengunjung restorannya seringkali menjadikan lahan budidaya jamur sebagai tempat wisata. "Dari tempat saya ini, saya ingin nanti Dusun Miron menjadi Desa Wisata Jamur," katanya.

Agar memenuhi kebutuhan jamur untuk restorannya, Ratidjo tidak memenuhinya sendiri. Ia bermitra dengan sekitar 50 orang petani di sekitar Klaten, Boyolali, Bantul, Kulonprogo, Sleman, Kalasan, Pakem dan Godean. Ratidjo memberikan bibit dan dibudidayakan mitra usaha.

Daerah pemasaran jamur yang diberi merek Volva dan nama perusahaan CV Volva Indonesia menyebar. Untuk pemasaran jamur merang, daerah sepanjang Pantura hingga Cirebon, Jakarta, Tangerang, dan Bandung merupakan daerah pemasaran utama.

Bapak tiga orang anak ini juga memiliki empat agen pemasaran di Jember, Karawang, Cirebon dan Bandung. Omset usahanya juga mulai berkilau, Rp 3,6 - 4 miliar per tahun. Ratidjo juga membawahi sekitar 30 orang pekerja untuk budidaya dan restoran jamurnya.

Agar selalu menjaga kualitas jamur yang ia hasilkan, Ratidjo secara khusus menguji bibit jamurnya di labolatorium. Ia juga mengawasi ketat pemeliharaan. "Kalau kurang teliti, resikonya gagal panen," kata Ratidjo.

Dengan sistem mitra, Ratidjo sempat merasakan pukulan berat dalam berusaha di tahun 2000-2002. Saat itu, para petani tidak sanggup membayar bibit yang ia kirimkan. "Tetapi saya tertolong dengan permodalan dari bank," katanya.

Walau pun menilai dirinya cukup berhasil, Ratidjo ternyata belum puas. Ia mengangankan mendirikan sekolah jamur. Keinginannya, membagi ilmu dan mendidik orang-orang yang ingin membudidayakan jamur agar lebih sejahtera. hadi.suprapto@vivanews.com

4 Tentara Israel Terluka Akibat Bom Hizbullah di Lebanon
Suzuki Jimny di IIMS 2022

Suzuki Jimny di Indonesia Kena Recall karena Masalah Ini, Segera Bawa ke Bengkel Resmi

PT Suzuki Indomobil Sales (PT SIS) melakukan penarikan kembali atau recall untuk Suzuki Jimny 3 pintu. Para pemilik Jimny ini pun diwajibkan membawa mobilnya ke bengkel..

img_title
VIVA.co.id
16 April 2024