Tahun Depan, Asia Jadi Raksasa Industri Wisata Dunia

Wisatawan menikmati pantai buatan
Sumber :
  • http://www.mobgenic.com

VIVA.co.id – Amerika Utara pada tahun depan, kemungkinan akan kehilangan miliaran dolar AS dari keuntungan dan daya tarik industri perjalanan wisata. Hilangnya keuntungan tersebut, disebabkan oleh mulai meningkatnya penjualan wisata digital di wilayah Asia-Pasifik melampaui penjualan wisata di Amerika Utara.

Private Tour Anti Ribet, Pilihan Ideal Trip Ke Jepang

Dilansir dari CNBC, pada Rabu 13 Juli 2016, menyebutkan laporan terbaru eMarketer yang mencatat pelanggan di Asia-Pasifik pada 2017, diproyeksi akan menghabiskan dana untuk wisata mencapai US$216 miliar, atau tumbuh 23 persen. Sementara itu, di Amerika Utara, dana yang dihabiskan pelanggan hanya sebesar US$200 miliar, atau tumbuh lima persen.

Dana yang dihabiskan tersebut, menurut laporan eMarketer, di dalamnya termasuk segala bentuk pemesanan secara digital untuk wisata, seperti pembelian tiket penerbangan secara online, penginapan, atau hotel secara online dan lokasi-lokasi wisata yang menjadi tujuan wisatawan.    

Dinas Pariwisata Bali Gencar Antisipasi Kejahatan dan Gangguan Wisatawan

Adapun perusahaan yang mengambil peran dari kondisi tersebut adalah Airbnb, di mana perusahaannya menerima dana tambahan untuk memperluas bisnis di India beberapa waktu ini. Sementara itu, Ctrip, sebuah perusahaan jasa perjalanan membeli saham agen perjalanan online India, yaitu MakeMyTrip.

"Ini peluang besar bagi perusahaan startups (perusahaan rintisan) di agen perjalanan online dan seluler, karena keduanya akan memperluas pangsa pasar mereka melalui pemesanan online," jelas Analis eMarketer Chris Bendtsen.

KIRANA Group Mengubah Lanskap Pariwisata Bali dengan Inisiatif Baru

Sementara itu, untuk di Tiongkok, Bendtsen mengungkapkan, peningkatan jumlah wisatawan internasionalnya memungkinkan perusahaan jasa perjalanan wisata dunia yang akan memperluas bisnis mendapatkan keuntungan besar dari penjualan tiket secara digital. 

Kecenderungan adanya pergeseran konsumen Tiongkok, menghabiskan dananya lebih banyak ke sektor wisata sangat besar, meskipun terjadi perlambatan ekonomi. Tahun lalu, berdasarkan the World Travel & Tourism Council tercatat, 53 persen masyarakat Tiongkok justru menghabiskan belanjanya ke sektor pariwisata.

Bahkan, berdasarkan laporan terbaru dari Marriott International dan Hurun, menemukan bahwa orang kaya dan miliuner Tiongkok menghabiskan belanja sebanyak US$65 ribu per tahun pada liburan mewah. Yang artinya, nafsu orang Tiongkok untuk berwisata masih tetap tinggi. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya