Target-target Pertamina di 2017

Ilustrasi Anjungan Pertamina Hulu Energi.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Zabur Karuru

VIVA.co.id –  Rapat Umum Pemegang Saham PT Pertamina menargetkan laba bersih perusahaan pada Rencana Kerja Anggaran Perusahaan 2017 sebesar US$3,04 miliar atau naik sebesar enam persen dibandingkan dengan prognosa atau proyeksi  2016 sebesar US$2,88 miliar. 

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 4,8 Triliun pada 2023, Anjlok 10,5 Persen

Komisaris Utama Pertamina, Tanri Abeng mengatakan, rencana kerja  pada tahun depan tersebut tentu akan lebih menantang. Ia juga optimistis penjualan akan lebih baik. 

"Disepakati semua rencana kerja yang menantang (dalam RUPS), karena akan lebih baik dari tahun ini. Di RKAP 2017, bottom line kalau enggak salah tumbuh enam persen dan penjualan 15 persen." kata Tanri Abeng di usai RUPS RKAP Pertamina di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat 23 Desember 2016. 

Laba Vale Indonesia Kuartal III-2023 Turun Jadi US$52,6 Juta, Ini Pemicunya

RUPS dipimpin oleh Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementerian BUMN, Edwin Hidayat Abdullah yang dihadiri oleh jajaran direksi dan komisaris Pertamina. 

Dalam RUPS tersebut Pertamina menargetkan pendapatan perseroan  meningkat 15 persen dibanding prognosa tahun 2016 yang sebesar US$37,03 miliar, yaitu menjadi US$42,59 miliar pada 2017.

Penjualan Batu Bara Naik Kuartal III-2023, Bukit Asam Cetak Laba Bersih Rp 3,8 Triliun

Lebih agresif

Sementara, Earning Before Interest, Taxes, Depreciation and Amortization (EBITDA) atau Pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi ditargetkan naik enam persen yaitu dari US$6,98 miliar menjadi US$7,43 miliar.

"2016 sudah bagus tetapi pemegang saham memberi aspirasinya agar perusahaan lebih bagus lagi dan hal ini tidak gampang. oleh sebab itu, ini tantangan," kata Mantan Menteri BUMN RI ke-1 itu. 

Sementara itu, investasi pada tahun depan, perseroan menyiapkan Capital Expenditure (Capex) sebesar US$6,67 miliar atau turun sekitar tiga persen dari prognosa 2016, sebesar US$6,90 miliar. 

"Kita ingin lebih agresif mencari ladang untuk bisa menambah cadangan kita baik di dalam maupun luar negeri, khususnya di luar negeri, kalau di hilir harus terus meningkatkan efisiensi," tutur Tanri.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya