Riset JPMorgan Tak Pengaruhi Iklim Investasi di Indonesia

JP Morgan Chase Profit
Sumber :
  • Getty Images

VIVA.co.id – Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, secara resmi memutus kontrak kerja dengan JPMorgan Chase Bank NA. Riset kontroversial yang diterbitkan bank asal Amerika Serikat itu pada November lalu, menjadi alasan pemerintah memutus hubungan kerja sama.

Kemenkeu Catat Aset Tanah PTNBH Senilai Rp161,30 Triliun

Namun berdasarkan catatan, ini bukan kali pertama JPMorgan berurusan dengan Indonesia. Pertengahan 2015 lalu, Bambang Brodjonegoro yang saat itu menjabat sebagai bendahara negara pernah memberikan sanksi karena alasan yang sama.

Ekonom PT Bank Permata, Josua Pardede, saat berbincang dengan VIVA.co.id id mengakui, riset JPMorgan yang memangkas dua level rekomendasi surat utang Indonesia dari overweight menjadi underweight, tentu berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan nasional. Apalagi, riset tersebut dianggap sama sekali tidak objektif.

Pemanfaatan Aset Negara Buat Bangun IKN Jadi Fokus Kerja DJKN 2022

Terlebih, dengan apa yang sudah dicapai oleh perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari iklim investasi yang semakin membaik, hingga pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih solid, di tengah perlambatan ekonomi global. “(Riset JPMorgan) kurang objektif. Apalagi, iklim investasi cukup kuat,” kata Josua di Jakarta, Rabu 4 Januari 2017.

Arus investasi asing, baik di sektor riil maupun investasi portofolio masih prospektif. Ini karena para investor tetap mempertimbangkan fundamental ekonomi yang semakin membaik. Apalagi, pemerintah juga tengah memperbaiki psikologis para investor.

Mau Beli ORI021 Bunga 4,9 Persen, Ini 28 Mitra Distribusinya

Seperti merancang kas keuangan negara yang jauh lebih kredibel, dibandingkan dua tahun sebelumnya. Hal ini diharapkan, mampu menjadi stimulus bagi sektor riil, mendorong kegiatan ekonomi, serta menarik investasi asing. Ditambah dengan rangkaian reformasi struktural yang dilakukan.

Josua meyakini, hasil riset yang dikeluarkan JPMorgan tidak akan memberikan pengaruh signifikan terhadap perekonomian nasional, apabila melihat kondisi fundamental ekonomi secara keseluruhan. Beberapa indikator ekonomi pun tetap stabil hingga saat ini. “Investor masih melihat, ekonomi Indonesia masih prospektif dalam jangka menengah panjang,” ujarnya.

Pemutusan hubungan kontrak kerja sama dengan JPMorgan, ditegaskan Josua, diharapkan menjadi signal kepada seluruh lembaga keuangan internasional, agar jauh lebih kredibel dan mengedepankan prinsip akuntabilitas dalam merancang suatu penelitian. “Harus lebih objektif dalam melihat kondisi perekonomian, sehingga tidak berdampak negatif pada sentimen investor global.”

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya