Bank Dunia: Trump Suka Kejutkan Banyak Orang

Presiden AS, Donald Trump.
Sumber :
  • REUTERS.com

VIVA.co.id – Bank Dunia memaparkan risiko terburuk yang berpotensi terjadi terhadap perekonomian dunia ketika Amerika Serikat dipimpin oleh Presiden terpilih Donald Trump. Kepala Negara AS usungan Partai Republik itu menduduki Gedung Putih pada 20 Januari 2017 mendatang.

Bank Dunia dan IMF Berlomba Suntik Dana Miliaran Dolar ke Ukraina

Lantas, bagaimana skenario terburuk apabila Trump memimpin AS di mata Bank Dunia?

"Ada banyak ketidakpastian yang tidak dapat diukur. Misalnya seperti risiko," kata Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo Chaves, dalam seminar di Center for Strategic and International Studies (CSIS) Jakarta, Selasa 17 Januari 2017.

Donald Trump dan Kedua Anaknya Akan Diperiksa Terkait Penipuan

Chaves yakin Trump sangat berbeda dengan presiden-presiden AS sebelumnya. Artinya, ada indikasi bahwa perekonomian di negeri Paman Sam akan berubah, terutama dari sisi arah kebijakan yang selama ini telah dilakukan.

"Trump suka mengejutkan orang-orang. Dia mengatakan akan menumbuhkan ekonomi dan membangun dinding [proteksi] untuk sektor perdagangan AS. Tapi, kita tidak tahu apa yang akan terjadi," katanya.

Situasi Mencekam, Bank Dunia dan IMF Pindahkan Staf dari Ukraina

Adanya potensi perubahan kebijakan ekonomi di AS, lanjut Chaves, tentu memberikan sedikit pengaruh pada struktur perekonomian dunia, tak terkecuali bagi Indonesia. Sehingga hal ini akan tetap kembali kepada pemerintah Indonesia, bagaimana menanggapinya.

Merespons hal itu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal dari Kementerian Keuangan RI, Suahasil Nazara, tak memungkiri bahwa dalam perekonomian dunia yang masih penuh dengan ketidakpastian, optimalisasi sejumlah sektor dalam negeri yang masih potensial menjadi hal yang tetap diprioritaskan.

"Kami punya pasar yang besar. Bagaimana meningkatkan sektor manufaktur, dan potensi di sektor lainnya," ujarnya.

Memperbaiki diri, ditegaskan Suahasil, akan terus dilakukan Pemerintah Indonesia. Intinya, dalam menghadapi situasi global, pemerintah bersama pemangku kepentingan terkait akan terus menyeimbangkan kondisi fiskal maupun moneter, untuk memberikan stimulus bagi perekonomian nasional.

"Memperbaiki diri selalu menjadi strategi yang paling baik," ungkap Suahasil.
 

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya