Pekerja Asia Pasifik Paling Tak Bahagia di Tempat Kerja

Tekanan dalam bekerja.
Sumber :
  • reuters

VIVA.co.id – Pekerja di Asia lebih pesimis tentang pekerjaan mereka dari rata-rata global, dengan survei menunjukkan hanya sepertiga dari mereka yang senang dengan pekerjaannya. Sedangkan sisanya para pekerja Asia Pasifik gelisah dengan pekerjaannya, salah satunya adalah komunikasi dengan bos mereka.

Kini Ada Wewangian Antimalas, Diklaim Bisa Dongkrak Produktivitas

Dilansir dari laman CNBC, pada Senin 13 Februari 2017, perusahaan solusi sumber daya manusia TinyPulse mencatat hanya 28 persen dari pekerja di Asia Pasifik merasa bahagia di tempat kerja, sementara 30 persen pekerja lainnya di seluruh dunia merasa senang bekerja.

Manajer Komunikasi dari TinyPulse, Ketti Salemme, mengatakan tidak ada perbedaan besar antar pekerja di dalam dan luar kawasan Asia Pasifik, hanya saja di kawasan Asia Pasifik paling besar merasa tidak bahagia ditempat kerja. Dan lebih dari satu juta tanggapan dari 1.000 organisasi pekerja dikumpulkan dalam survei tahun ini.

Menteri Hanif Minta Industri Aktif Gelar Pendidikan Vokasi

Dari semua masalah pekerja yang terjadi di Asia adalah komunikasi internal jadi sorotan, di mana TinyPulse mencatat hanya 40 persen karyawan yang melakukan interaksi dengan bos atau 15 persen di bawah rata-rata global. Selain itu, kepuasan pekerja juga ikut mempengaruhi pelanggan di Asia Pasific.

Adapun isu yang diangkat responden Asia Pasific dari buruknya masalah pekerja adalah tingkat layanan yang tak sama. Padahal idealnya, harus konsisten di seluruh merek. Lalu, kunjungan ke lapangan kurang dan interaksi dengan pelanggan utama sangat buruk.

Mau Lolos Traning Kerja, Coba Manfaatkan Hal Ini

Namun ada hal yang menarik, meski ada komunikasi dan layanan pelanggan yang buruk, peningkatan pekerja di Asia Pasific meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu terlihat berdasarkan data perusahaan layanan asuransi profesional Aon Hewitt yang mencatat kenaikan sebesar lima persen pada 2016 dibandingkan capaian pada 2015.
 

Ilustrasi pekerja tekstil

Krisis Pekerja Terampil Meluas di Dunia, Teknologi Jadi 'Senjata'

Besarnya angkatan kerja tak diimbangi keterampilan yang dibutuhkan.

img_title
VIVA.co.id
1 Februari 2019