Tantangan Hyperloop di Indonesia, Tarifnya Harus Murah

Konsep moda transportasi Hyperloop.
Sumber :
  • http://www.teknowow.com

VIVA.co.id – Perusahaan transportasi masa depan Hyperloop Transportation Technologies (HTT) melirik Indonesia destinasi potensial untuk mengembangkan moda transportasi super cepat. Ketertarikan tersebut ditandai dengan pernjanjian langkah studi kelayakan yang baru-baru ini diteken.

COVID-19: Toyota Indonesia Siapkan Layanan Transportasi Terkoneksi

Perusahaan transportasi masa depa tersebut pun telah menggandeng mitra lokal dengan membentuk perusahaan gabungan, Hyperloop Transtek Indonesia. Kerja sama ini, menghabiskan total nilai investasi mencapai US$2,5 juta atau setara dengan Rp33,4 miliar.

Wakil Ketua Bidang Riset dan Advokasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia, Djoko Setijowarno, menilai, teknologi tersebut memang secara geografis layak diterapkan di beberapa daerah di Indonesia. Namun, Djoko menggaris bawahi pembangunan Hyperloop, apabila benar-benar dilakukan.

Google Punya 'Kembaran' Hyperloop Milik SpaceX, Namanya Heliox

“Ini bukan persoalan permintaannya ada atau tidak, tapi kita tau ketika kita membangun itu ada kerugiannya. Itu pasti pakai tarif. Jangan sampai sudah dibangun, tarifnya mahal sekali,” kata Djoko saat berbincang dengan VIVA.co.id, Jakarta, Kamis 9 Maret 2017.

Pembebasan Lahan Mahal

Mengintip 10 Kota Termahal Dunia untuk Berangkat Kerja

Apalagi, dengan berbagai masalah dalam proses pembangunan yang berpotensi menguras kas pengembang. Sehingga, kata Djoko, mau tidak mau konsekuensinya akan berdampak dari penerapan tarif dari transportasi yang digadang-gadang memiliki kecepatan hingga 1.200 kilometer/jam itu.

“Pembebasan lahan di Jawa itu mahal sekali. Jadi mereka mau menerapkan tarifnya berapa? Jangan sampai pemerintah justru memberikan subsidi. Bisa bangkrut negara. Harus dikaji juga dari sisi tarifnya,” katanya.

Lagipula, Djoko memandang, moda transportasi tersebut belum terlalu dibutuhkan di daerah Ibu Kota. Dengan taksiran kecepatan yang diperkirakan, menurutnya moda transportasi tersebut hanya cocok diterapkan untuk meningkatkan konektivitas tiap daerah.

“Kalau kecepatannya tinggi, harusnya antar kota. Misalnya, Jakarta - Surabaya, Jakarta - Semarang, atau Jakarta - Yogyakarta. Tidak perlu di dalam kota,” katanya.

Hal senada turut diungkapkan oleh Pengamat Transportasi Azaz Tigor Nainggolan. Menurutnya, kesiapan Indonesia dengan munculnya transportasi masa depan seperti Hyperloop, akan tetap bergantung pada masing-masing daerah.

“Untuk dalam kota sulit dong. Kita bangun MRT (Mass Rapid Transportation) pun sulit medannya. Itu tergantung dari kebutuhan dan situasi kotanya” kata Tigor melalui pesan singkat. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya