Menteri Rini Target Aset BUMN Capai Rp7.200 Triliun

Menteri BUMN, Rini Soemarno
Sumber :
  • Edwin Firdaus/VIVA.co.id

VIVA.co.id – Menteri Badan Usaha Milik Negara, Rini Soewandi menargetkan, aset BUMN tahun ini naik Rp900 triliun, sehingga aset total BUMN pada 2017 menjadi Rp7.200 triliun.

Pengembangan Organisasi di Masa Pandemi: BRI Jalankan BRIVolution 2.0

"Di tahun 2017, aset BUMN mencapai Rp7.200 triliun, dan keuntungan juga harus mengalami peningkatan signifikan," katanya pada malam syukuran HUT Bersama 28 BUMN di Candi Prambanan, Yogyakarta, Jumat 21 April 2017.

Menurutnya, untuk mencapai peningkatan nilai aset dan keuntungan pada 2017, dibutuhkan kerja keras, disertai dengan kerja sama dan upaya sinergi antar-BUMN.

Pejabat yang Rangkap Jabatan di BUMN Diminta Buat LHKPN

"Tidak akan tercapai, kalau kita tidak bekerja sama, bersinergi, dan saling membantu," ucapnya.

Rini menjelaskan, kemampuan BUMN mencapai aset senilai Rp6.300 triliun disertai keuntungan senilai Rp163 triliun, merupakan hasil sinergi antar-BUMN yang terus dibangun.

Erick Thohir Klaim Temukan 53 Kasus Korupsi di BUMN

"Saya bangga, seluruh BUMN sekarang semakin erat hubungannya, sehingga bisa mendekatkan kita sebagai keluarga besar," kata dia.

Asisten Deputi Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Kementerian BUMN, Indriani Widiastuti mengatakan, Kementerian BUMN telah merealisasikan dana program kemitraan mencapai Rp1,7 triliun, atau 39 persen dari total anggaran Rp2,3 triliun pada 2016, untuk berbagai sektor usaha di tujuh wilayah di Indonesia.

 "Bantuan program kemitraan itu telah kami salurkan untuk 41 ribu mitra binaan BUMN," katanya.

Menurut Indriani, kelompok usaha perdagangan merupakan sektor yang paling banyak memperoleh dana pinjaman modal kerja dari program kemitraan itu dengan persentase 41 persen. Hal itu, karena sektor usaha perdagangan dinilai lebih cepat dan mudah melakukan pengembalian pinjaman.

Untuk sektor usaha pertanian dana pinjaman dari program kemitraan masih mencapai 17 persen. Alasannya, sektor itu dinilai memiliki risiko lebih tinggi dalam pengembalian pinjaman.

"Untuk pedagang, mereka jualan sehari bisa langsung dapat untung. Sedangkan petani harus menunggu masa panen, itu pun belum tentu berhasil," kata dia. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya