Usul Pedagang untuk Redam Kenaikan Harga Jelang Ramadan

Harga cabai meroket hingga Rp180 ribu per kg.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhammad Yasir

VIVA.co.id – Jelang Ramadan, beberapa kebutuhan bahan pokok pangan mulai merangkak naik. Bahan pangan yang naik masih mayoritas merupakan komoditas yang bergejolak seperti bawang dan cabai serta beberapa kebutuhan pokok lainnya. 

Usai Minyak Goreng dan Kedelai, Kini Harga Daging Sapi Merangkak Naik

Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), Abdullah Mansuri, mengatakan, skema kenaikan bahan pokok ini biasa terjadi satu atau dua minggu menjelang Ramadan. 

"Faktor permintaan yang tinggi memang cukup berperan atas kenaikan tersebut. Kecenderungan masyarakat memiliki pola konsumsi lebih tinggi di awal bulan Ramadan," ujar Abdullah dikutip dari keterangan resminya pada Selasa, 16 Mei 2017.

Meroketnya Harga Pangan Buat Nilai Tukar Petani Desember 2021 Naik

Guna meredam kenaikan tersebut, DPP IKAPPI merekomendasikan beberapa hal. Pertama yang terpenting adalah validitas data. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian harus memastikan stok bahan pokok tersedia dan mencukupi kebutuhan masyarakat selama Ramadan. 

"Data-data tersebut harus diungkap ke publik dan tentu pula harus bisa dipertanggungjawabkan di tataran teknis," ucapnya. 

Airlangga: Harga Pangan yang Naik Akhir Tahun Untungkan Petani

Hal terpenting lainnya adalah memangkas rantai distribusi dan memastikan bahwa seluruh elemen yang dapat mengganggu proses distribusi pangan bisa ditanggulangi.

"Bila stok pangan tersedia, hal itu tidak serta-merta menjamin harga pangan bisa terkendali," tegasnya. Pada fase inilah proses distribusi pangan memiliki peran vital. 

Faktor yang dapat mengganggu proses distribusi pangan ini tidak hanya karena rantai distribusi yang panjang. Namun, juga bisa disebabkan karena buruknya infrastruktur yang ada dan juga faktor cuaca maupun bencana alam. 

Contoh, stok pangan dari daerah basis produksi berlimpah, tapi akses jalan dalam mendistribusikan hasil panen ini rusak. Sehingga jarak tempuh yang seharusnya hanya empat jam, karena buruknya infrastruktur menjadi enam jam atau bahkan lebih. 

Belum lagi apabila jalan tersebut terputus atau terhambat kerena faktor bencana alam. Ini jelas bisa mengganggu proses distribusi. 

"Bila dalam waktu bersamaan terjadi lonjakan permintaan oleh konsumen sedangkan ketersediaan barang terhambat, maka ini menjadi celah yang cukup rentan mempengaruhi kenaikan harga pangan," terangnya. 

Proses distribusi yang terhambat itu menurut dia, jelas penambahan biaya distribusi yang nantinya akan dibebankan pada harga barang. 

"Memantau kenaikan harga di pasar-pasar sama sekali tidak akan efektif apabila ternyata dalam masalah pada hulu yaitu ketersediaan stok pangan dan proses distribusi ini diabaikan," tuturnya. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya