BI Nilai Terlalu Dini Sebut Daya Beli Masyarakat Lesu

Gedung Bank Indonesia.
Sumber :
  • REUTERS/Fatima El-Kareem

VIVA.co.id – Bank Indonesia mengaku akan menelusuri denyut ekonomi Indonesia melalui gelontoran belanja yang disalurkan masyarakat dari transaksi digital. Hal tersebut dilakukan, sekaligus untuk mengetahui seberapa besar perubahan pola konsumsi setelah era digital ekonomi terus berkembang.

Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$413,6 Miliar

Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budy Waluyo menegaskan, terlalu dini apabila menyebut daya beli masyarakat tengah terkontraksi. Sebab menurutnya, secara garis besar kondisi makro ekonomi nasional pada tahun ini jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu.

“Anomali ekonomi ini masih harus kami kaji. Kami sedang kaji dengan BPS (Badan Pusat Statistik),” kata Dody, Jakarta, Kamis 3 Agustus 2017.

BI Fast Payment, Jawaban untuk Kebutuhan Transaksi Murah

Bank sentral mencatat, ada dua indikator yang bisa menjadi acuan untuk menentukan kondisi daya beli masyarakat. Pertama, dari momentum Ramadan dan Lebaran yang harus diakui tidak sepenuhnya memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian, karena konsumsi masyarakat yang tertahan.

“Data Juni itu data dengan transaksi ekonomi yang pendek, karena hanya aktif sepekan dari empat minggu. Data dari sisi ritel misalnya. Produksi, impor, menunjukan perlambatan,” katanya.

Cadangan Devisa RI Februari 2022 Naik Tipis, Ini Pendorongnya

Sementara indikator yang kedua, adalah semakin menjamurnya transaksi ekonomi digital, yang dianggap secara tidak langsung memutus rantai kegiatan ekonomi. Menurut Dody, kegiatan konsumsi secara digital belum terekam secara signifikan oleh statistik yang dimiliki para pemangku kepentingan.

“Angkanya belum ada. Masih berkisar ekuivalen US$8 miliar. Itu pun angka yang kami peroleh dari beberapa pelau. Semestinya ini tertangkap ke makro ekonomi kita,” katanya.

Meski demikian, BI menegaskan, terlalu dini jika menyebut daya beli masyarakat saat ini tengah melesu. Bank sentral pun tetap mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini di kisaran 5-5,4 persen, dengan titik tengah di level 5,2 persen.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya