Daya Beli Menurun, BI Tetap Yakin Ekonomi Tumbuh di Atas 5%

Logo Bank Indonesia.
Sumber :
  • REUTERS/Darren Whiteside/Files

VIVA.co.id – Bank Indonesia tetap menaruh keyakinan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun ini berada di kisaran 5-5,4 persen. Meskipun ada kecenderungan pola konsumsi masyarakat lesu saat ini, bank sentral tetap mempertahankan proyeksi ekonomi Indonesia bisa tumbuh di titik tengah 5,2 persen tahun ini.

Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2021 yang Dirilis BPS Sesuai Prediksi

Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Dody Budy Waluyo, memperkirakan, ekonomi Indonesia pada kuartal kedua bisa sedikit lebih tinggi dibandingkan realisasi kuartal pertama. Keyakinan tersebut pun sudah mempertimbangkan kondisi konsumsi rumah tangga yang belakangan disebut lesu.

“Kami masih (prediksi pertumbuhan) di atas 5,01 persen. Masih di atas kuartal pertama. Kami masih yakin range 5-5,4 persen sampai akhir tahun,” kata Dody, Jakarta, Kamis 3 Agustus 2017.

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2021 Capai 3,69 Persen

Dody menilai, ada beberapa alasan yang menggambarkan kenapa saat ini ada perubahan pola konsumsi masyarakat. Pertama, dari sisi pendapatan riil kelompok menengah ke bawah yang bergerak stagnan, namun juga tetap terbebani dengan kebutuhan-kebutuhan yang setiap tahunnya meningkat.

“Coba lihat statistik upah buruh dan NTP (Nilai Tukar Petani) menurun. Kelompok menengah ke bawah terjadi consumption cutting. Jadi dari sisi kemampuan untuk spending berkurang,” katanya.

BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2022 Maksimal 5,5 Persen

Sementara itu, dari sisi kelompok menengah ke atas, memilih untuk mengalihkan konsumsinya kepada hal yang bersifat jangka panjang. Pertumbuhan dana pihak ketiga, kata Dody, pun terkerek karena kelompok menengah ke atas memilih untuk menempatkan dananya disimpan karena beberapa alasan.

“Jadi mereka alihkan sementara waktu konsumsi. Ada banyak hal yang belum pasti. Misalnya harga komoditas naik terus atau tidak,” katanya.

Meski demikian, bank sentral mengaku yakin konsolidasi yang saat ini dilakukan sektor swasta cepat atau lambat segera berakhir. Apalagi, dengan prospek perekonomian global yang semakin menunjukkan arah perbaikan, tidak ada alasan bagi swasta untuk tetap konsolidasi.

“Survei kami sudah ada perusahaan besar terutama terkait dengan perusahaan sumber daya alam mulai impor alat berat, untuk kegiatan investasi. Jadi belanja modal sudah mulai dialokasikan di semester II. Kami melihat konsolidasi akan berakhir. Kita tunggu akhir tahun,” tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya