Daya Beli Indonesia Tak Anjlok, E-Commerce Justru Menggeliat

Ilustrasi belanja online.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA.co.id – Sekretaris Jenderal Asosiasi Fintech Indonesia, Karaniya Dharmasaputra, membantah adanya isu penurunan daya beli di Indonesia. Terlebih, fenomena itu hadir lantaran berkembangnya teknologi finansial atau fintech

Harga BBM Non-subsidi Pertamina Tidak Naik, Erick Thohir: Demi Jaga Stabilitas Ekonomi

Ia menyebut, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang besar dari tahun ke tahun. Bahkan, untuk kenaikan sektor e-commerce bisa mencapai 20 persen per tahun. 

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Karaniya menyampaikan, gross margin value atau laba kotor dari transaksi situs dagang online atau e-commerse di Indonesia berada di kisaran US$7 miliar. 

Pertumbuhan Ekonomi AS Beri Tekanan ke Ekonomi Global, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Menurut dia, ini disebabkan oleh masuknya era digitalisasi ekonomi yang menjamur di Indonesia dan membawa keuntungan besar, bila dibandingkan dengan konvensional.

"Ini terkait pertumbuhan yang luar biasa di sektor e-commerce maupun fintech kita. Gross margin value dari transaksi e-commerce naik terus. Kenaikannya per tahun 20 persen. Kalau di sektor fintech, itu sekitar US$18,6 miliar. Jadi, sangat besar juga dan bertumbuh dari tahun ke tahun," ujarnya, di Jakarta, Sabtu 5 Agustus 2017.

ESDM: Tarif Listrik Juli sampai September 2023 Tidak Naik

Oleh sebab itu, kata Karaniya, pergeseran atau peralihan ke arah digital bukanlah penyebab utama lesunya perekonomian saat ini. Meski demikian, ia mengatakan bahwa pergeseran memang terjadi di sektor-sektor tertentu.

"Pergeseran terjadi, tapi ekonomi Indonesia kan segmennya luas, jadi dampaknya masih relatif kecil," ujarnya.

Berbicara mengenai industri ini, memang tidak semata membicarakan jual beli barang dan jasa via internet. Tetapi, ada industri lain yang terhubung di dalamnya seperti penyediaan jasa layanan antar atau logistik, provider telekomunikasi, produsen perangkat pintar, dan lain-lain. 

Kondisi ini yang membuat industri e-commerce harus dikawal agar mampu mendorong laju perekonomian nasional. Bisnis seperti ini memang berpotensi menghasilkan keuntungan yang menjanjikan, tetapi sayangnya belum ada regulasi khusus yang mengatur bisnis online di Indonesia. 

Pada akhir 2014 saja, nilai bisnis industri e-commerce Indonesia mencapai US$12 miliar. Karaniya membocorkan mengenai dua pelaku e-commerce ternama yang bisa menghasilkan nilai transaksi hingga Rp40-100 miliar per hari.

"Saya belum lama ini bicara pada pelaku e-commerce, angka yang dijelaskan ke saya sangat menarik. Value of transaction mereka ada yang Rp40-100 miliar per hari, itu untuk satu perusahaan,” ujarnya. Bahkan, dia menjelaskan, ada yang menghasilkan Rp2-2,5 triliun per bulan.

Pada 2020, volume bisnis e-commerce di Indonesia diprediksi mencapai US$130 miliar dengan angka pertumbuhan per tahun sekitar 50 persen.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya