BPS Bantah Daya Beli Menurun, Lalu ke Mana Uangnya?

Ilustrasi belanja.
Sumber :
  • REUTERS/Lucy Nicholson

VIVA.co.id – Badan Pusat Statistik menegaskan, kondisi daya beli masyarakat pada kuartal kedua tahun ini masih tetap terjaga, seiring dengan geliat ekonomi Indonesia yang masih bisa tumbuh 5,01 persen. Otorita statistik sekaligus membantah, telah terjadi penurunan daya beli.

UMP 2021 Tak Naik, KSPSI: Memberatkan Buruh, Ekonomi Sedang Sulit

“Konsumsi rumah tangga masih tumbuh 4,95 persen. Ini membuktikan bahwa daya beli masyarakat masih kuat,” kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers, Jakarta, Senin 7 Agustus 2017.

Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto mengungkapkan, konsumsi yang berasal dari komponen makanan, minuman, selain restoran mencapai 5,24 persen secara year on year, atau turun tipis dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 5,26 persen. 

Wah, Masih Ada 160 Ribu Wisatawan Asing Masuk RI di Tengah Covid-19

Selain itu, komponen perumahan dan perlengkapan rumah tangga juga tercatat hanya tumbuh 4,12 persen, atau turun dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 4,72 persen. Komponen transportasi dan komunikasi pun hanya tumbuh 5,32 persen, turun dari periode sama tahun lalu.

Meski demikian, ada beberapa peningkatan konsumsi seperti yang terjadi pada komponen restoran dan hotel yang mampu tumbuh 5,87 persen, atau meningkat dari periode yang sama tahun lalu. Selain itu, komponen pakaian alas kaki dan jasa perawatan juga tumbuh 3,47 persen.

Inflasi Mei 2020 Cuma 0,07 Persen, Permintaan Selama Ramadhan Anjlok

Merinci lebih jauh, data otoritas statistik menunjukan penjualan mobil sampai tingkat diler yang mengalami penurunan. Pada kuartal kedua tahun ini, penjualan mobil hanya mencapai 249.751 unit, atau turun 12 persen secara kuartal ke kuartal, dan 5,69 persen secara year on year.

Sementara produksi semen pada kuartal kedua, juga hanya mencapai 14,38 juta ton, atau turun 3,64 persen secara kuartal ke kuartal, dan turun secara year on year sebesar 5,01 persen. Kecuk menegaskan, indikator konsumsi masyarakat tidak hanya bisa dilihat dari produksi semen yang menurun.

Pergeseran pola konsumsi

Kecuk pun tak memungkiri, telah terjadi pergeseran model gelontoran belanja masyarakat dari transaksi konvensional ke non konvensional. Meski demikian, BPS menegaskan, bahwa pergeseran konsumsi hanya terjadi di kalangan masyarakat menengah ke atas.

Selain pergeseran tersebut, BPS memandang kalangan menengah ke atas saat ini masih menahan konsumsinya karena mempertimbangkan berbagai aspek. Meskipun transaksi debit mengalami pertumbuhan, namun total dana pihak ketiga di perbankan saat ini cukup tinggi.

“Ada indikasi persentase yang ditampung lebih tinggi. Bukan daya beli menurun, meskipun mobil turun. Ada indikasi menahan belanja. Faktor psikologis yang terjadi sekarang,” tuturnya.

Secara garis besar, konsumsi rumah tangga yang memiliki kontribusi sebesar 55,61 persen terhadap produk domestik bruto, berhasil menyumbang 4,95 persen terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal kedua. Meski demikian, pertumbuhan konsumsi jika dibandingkan kuartal ke kuartal hanya tumbuh 1,32 persen.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya