Nyonya Meneer Pailit, Depot Jamu Nyaris Gulung Tikar

Toko Jamu logo Nyonya Meneer di Semarang.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto

VIVA.co.id – Sejumlah depot jamu Nyonya Meneer di Kota Semarang meradang, setelah keputusan pailit perusahaan itu oleh pengadilan. Selama beberapa bulan terakhir, stok berbagai jenis jamu legendaris itu kini telah terhenti total.

Rahmat Gobel Tak Selamatkan Nyonya Meneer dengan Akuisisi

Salah satu depot jamu yang merasakan imbas pailitnya perusahaan itu adalah depot Kurnia. Toko jamu khusus produk Nyonya Meneer di Jalan Abdurahman Saleh nomor 82, itu nyaris gulung tikar akibat stok jamu semakin menipis.

"Stoknya terakhir datang dari sales sebelum lebaran. Sampai hari ini sudah enggak pernah ada lagi, " kata Siti, pemilik depot jamu Nyonya Meneer saat ditemui VIVA co.id di tokonya, Senin, 7 Agustus 2017.

Utang Nyonya Meneer Membengkak Hingga Rp250 Miliar

Siti mengaku banyak pelanggannya yang harus pulang dengan tangan hampa lantaran tak bisa mendapat produk yang dinginkan di tokonya. Saat ini tokonya hanya menghabiskan produk sisa yang dikirim sebelum lebaran lalu. 

Selain menjual dalam bentuk kemasan, toko yang berdiri sejak 1984 silam itu memang dikenal melayani pelanggan dengan menyeduh langsung jamu di tempat. Di kota Semarang, depotnya terhitung cukup masyhur. 

Pengacara Sebut Utang Nyonya Meneer ke Karyawan Rp98 Miliar

Bahkan toko jamu ini kerap dipenuhi pelanggan yang mengantre. Namun, kini satu hari hanya tersisa beberapa orang saja.

"Pelanggannya masih banyak. Sayang sekali kalau tutup. Di tempat saya saja ada ratusan, " ujar perempuan berjilbab itu.

Saat pasokan lancar, biasanya Siti mendapatkan berbagai produk jamu itu dengan stok besar. Harga totalnya bisa mencapai Rp1 juta sampai Rp3 juta sekali stok. Namun, seiring tersendatnya pasokan, ia hanya membeli Rp200 ribu dengan jumlah yang terbatas.

Menurutnya, produk jamu Nyonya Meneer yang paling laku hingga kini adalah jamu pegal linu, awet ayu, pria sehat serta jamu khusus untuk ibu sehabis melahirkan. Produk-produk itu kini semakin langka di pasaran.

"Pernah saya cek ke sales-nya barangnya sudah tidak ada. Ya mau bagaimana lagi, saya pasrah, " ujarnya.

Siti mengungkapkan, omzet depotnya turun drastis saat ini. Ia bahkan kini harus banting setir dari semula depot jamu menjadi penjual alat-alat tulis sekolah. 

"Ya jelas sayang sekali kalau pabriknya bangkrut. Pelanggannya masih banyak, " ucapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya