Cara Sri Mulyani Jauhkan Usaha Kecil dari Rentenir

Menteri Keuangan Sri Mulyani di Megamendung, Bogor, Jawa Barat.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Chandra G. Asmara

VIVA.co.id – Pemerintah telah meluncurkan proyek percontohan alias pilot project kredit ultra mikro dengan omzet di bawah Rp10 juta. Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas pelaku mikro kecil level terbawah seperti pedagang kaki lima hingga nelayan. 

Ekonomi UMKM Pasca Pandemi Covid-19

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berharap dengan program baru ini bisa memudahkan pelaku mikro mendapatkan fasilitas pinjaman. Sebab, tak semua akses perbankan bisa masuk mendukung usaha kecil level terbawah.

“Tadi Bupati Bogor (Nurhayanti) cerita, lagi duduk ada yang nawarin duit. Terima duitnya gampang. Sesudah itu diminta lagi, pengembaliannya lebih tinggi dan lebih cepat,” kata Ani, sapaan akrab Sri Mulyani, di Jakarta, Senin 14 Agustus 2017.

Perkuat Industri Otomotif, BRI Salurkan Pembiayaan untuk IKM Lokal

Bendahara negara menginginkan agar fasilitas pembiayaan mikro kecil mampu mengakomodir kebutuhan pelaku usaha yang selama ini tidak mendapatkan akses pinjaman melalui perbankan. 

Tak tanggung-tanggung, Ani mengakui pada tahun ini pemerintah telah alokasikan dana penyaluran kredit mikro mencapai Rp1,5 triliun dalam dana kas keuangan negara.

Cukup Rp39,31 Triliun, Laba BRI dalam 9 Bulan

Apalagi, lanjut mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu, bunga yang dibebankan kepada para pelaku usaha pun tidak akan melebihi batas yang sudah ditetapkan kepada ketiga lembaga penyalur di kisaran 2-4 persen. Pemerintah bersama Otoritas Jasa Keuangan pun akan mengawasi efektivitas dari program ini ke depan.

Jalan Pintas

Bupati Bogor, Nurhayanti, tak memungkiri sulitnya akses para pelaku usaha level terbawah mendapatkan pinjaman, sehingga membuat mereka mengambil jalan pintas untuk mendapatkan pinjaman dari pihak tak bertanggung jawab. Sementara di sisi lain, bantuan yang diberikan pemerintah daerah pun jauh relatif lebih terbatas.

“Jadi ada yang didatangi rentenir. Syarat mudah, tapi begitu bayar mencekik,” katanya.

Berdasarkan data pemerintah kabupaten Bogor, sebanyak 93 persen dari total 710 pelaku usaha di wilayah tersebut merupakan pelaku usaha di level menengah ke bawah. 

Nurhayanti berharap, pilot project kredit ultra mikro bisa menjadi solusi bagi kalangan pelaku usaha di level bawah, sehingga ujung-ujungnya mampu mendorong konsumsi.

“Saya hanya berpesan untuk yang menerima jangan senang dulu. Karena dana ini bukan cuma-cuma. Jangan diberikan ke yang lain,” ujarnya. (ren)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya