Hingga Akhir 2017 Awan Gelap Hantui Industri Ritel

Pertumbuhan Industri Ritel Nasional.
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Pergeseran pola konsumsi masyarakat disebut-sebut menjadi salah satu penyebab industri ritel nasional mengalami tekanan. Berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Ritel, geliat industri ritel pada semester pertama tahun ini hanya tumbuh 3,7 persen, atau anjlok drastis dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Di Depan Para Pengusaha Ritel, Airlangga Sebut Aturan Impor Bakal Direvisi

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menilai, pergeseran pola konsumsi masyarakat dari yang biasanya belanja secara konvensinal ke online, memang memberikan tekanan tersendiri bagi industri ritel. Namun menurutnya, lesunya pertumbuhan ritel disebabkan faktor lain.

“Mungkin memberikan pengaruh. Tetapi kenaikan online itu tidak sebesar penurunan yang dialami ritel. Konsumsi sepertinya pengaruhnya lebih besar,” kata Lana saat berbincang dengan VIVA.co.id, Jakarta, Rabu 27 September 2017.

Jumlah Pemudik Lebaran 2024 Capai 193,6 juta, Airlangga: Ada Andil Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Lana menjelaskan, beberapa sektor ritel saat ini mulai merasakan dampak dari lemahnya tingkat konsumsi masyarakat. Bahkan, hal tersebut tidak hanya tercermin dari daya beli kalangan menengah ke bawah, melainkan juga tingkat konsumsi kalangan menengah ke atas.

“Industri farmasi itu cerita, mereka menjual produk premium seperti susu anak yang relatif mahal, sekarang menurun. Ini berarti tidak semua kegiatan terhentikan dengan online,” katanya.

Di Jombang, Ditemukan Gudang Simpan Makanan Kadaluarsa Hingga Tak Berizin

Lana pun melihat, geliat industri ritel pada semester kedua tahun ini masih stagnan. Bahkan, Lana tak yakin, kontribusi konsumsi rumah tangga hingga akhir tahun mampu mengerek pertumbuhan ekonomi 2017 yang dipatok di kisaran 5,2 persen dalam kas keuangan negara.

“Kelihatannya masih flat. Karena tidak bisa cepat juga menaikkan, terutama dari sisi income. Sehingga saya kira, ekonomi hanya tumbuh lima persen lebih sedikit,” ujarnya. (mus)

Fasilitas Skytrain Bandara Soekarno-Hatta akhirnya beroperasi pada September 2017 ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya