Ritel Kontraksi, Inflasi September Diprediksi 0,03 Persen

Konsumen berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan di Semarang/Ilustrasi.
Sumber :
  • ANTARA/R. Rekotomo

VIVA.co.id – Badan Pusat Statistik (BPS) bakal merilis data inflasi September 2017 hari ini, Senin, 2 Oktober 2017. Data tersebut telah diprediksi oleh berbagai pihak.

Asosiasi Ritel hingga Pusat Perbelanjaan Curhat Dihantui Praktik Jastip

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, pihaknya memprediksi inflasi September masih rendah yang secara bulanan sebesar 0,03 persen atau 3,62 persen tahunan.

"Faktornya dari sisi harga barang yang bergejolak terutama bahan makanan, lalu permintaan masih lemah. Ini terlihat dari survei ritel BI yang menunjukkan kontraksi pada September," kata Bhima kepada VIVA.co.id, Senin, 2 Oktober 2017.

HAPIMART Ritel Asal Tiongkok Resmi Beroperasi di ITC Cempaka Mas

Ia menjelaskan, ritel yang secara umum selalu dijadikan indikator permintaan masih dalam tahap pemulihan. Sementara itu, di sepanjang September juga tidak ada penyesuaian administered price atau harga yang diatur pemerintah, baik BBM, listrik dan elpiji 3 kg.

"Faktor pendorong inflasi lebih disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku barang industri. Hal ini karena nilai tukar rupiah sempat melemah terhadap dolar. Padahal mayoritas industri kita bahan bakunya impor. Otomatis akan berpengaruh ke harga jual barang," ujar dia.

Jokowi Ingin HET Beras Dipertahankan Meski Pengusaha Ritel Teriak Naikkan

Dia melanjutkan, stabilitas kurs juga menjadi hal yang perlu dicermati dalam pembentukan inflasi.  "Yang perlu jadi perhatian ke depannya adalah menjaga inflasi di Oktober-Desember karena salah satu puncak inflasi musiman berkaitan dengan libur Natal dan Tahun Baru," tutur dia.

Seperti diberitakan, pada bulan sebelumnya, BPS mencatat inflasi Agustus 2017 sebesar 0,07 persen. Ini disebut bukan lantas menunjukkan adanya penurunan daya beli masyarakat. Namun, hal itu diyakini merupakan bagian dari perbaikan harga bahan makanan yang diatur oleh pemerintah.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, berdasarkan data di kuartal II-2017, daya beli masyarakat masih menunjukkan perbaikan. Bahkan, Ia menyebut hal itu masih terjadi hingga saat ini.

"Daya beli masih kuat saya bilang, jadi deflasi ini saya lihat bukan karena penurunan daya beli. Kalau saya bilang dari hasil rilis pertumbuhan ekonomi kita, konsumsi rumah tangga masih kuat, tumbuh 4,95 persen di data kuartal II-2017, berarti April sampai dengan Juni," kata Suhariyanto di kantornya, Senin, 4 September 2017.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya