idEA Sebut E-Commerce Makin Gerus Ritel Konvensional

Ilustrasi transaksi bisnis e-commerce.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Indonesia e-Commerce Association sebagai wadah pelaku usaha e-Commerce ikut angkat bicara mengenai tutupnya sejumlah gerai ritel konvensional dalam beberapa bulan terakhir. Tanpa adanya adaptasi dengan perkembangan teknologi saat ini, maka sedikit demi sedikit eksistensi ritel konvensional memudar.

Misi Pemerintah Lewat Transformasi Digital Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 5,2% di 2024

“Kami sudah memberikan imbauan untuk siap-siap bagi offline retailer, karena akan terganti,” kata Ketua idEA bidang Ekonomi Bisnis, Igantius Untung di Kompleks Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis 26 Oktober 2017.

Sejumlah pusat perbelanjaan konvensional yang mulai berguguran dalam beberapa bulan terakhir di antaranya adalah pusat perbelanjaan Grogol, Roxy, Blok M, Ramayana, sampai dengan yang terbaru Lotus Departemen Store dan Debenhams yang memastikan akan menutup gerainya akhir tahun.

Aprindo Sebut Industri Ritel Pulih Kalau Pandemi Sudah Jadi Endemi

Menurut Igantius, pelaku ritel konvensional pun mau tidak mau harus cepat beradaptasi menghadapi perkembangan digital yang terjadi saat ini. Apabila hal itu tidak dilakukan, maka ritel konvensional lain bukan tidak mungkin akan bernasib serupa dengan yang sudah berguguran.

“Memang, digital ini satu kekuatan yang tidak terabaikan. Transportasi seperti Blue Bird, Express sudah kewalahan menghadapi Uber dan Go-Jek,” katanya.

Curhat Pelaku Industri Ritel Tak Diajak Koordinasi Soal PPKM Darurat

Potensi e-Commerce untuk menggeser eksistensi ritel konvensional ke depan pun masih terbuka lebar. Berdasarkan data idEA, dari total 262 juta penduduk Indonesia, 132,7 juta pengguna internet, 106 juta pengguna media sosial, dan 92 juta sisanya aktif menggunakan telepon genggam.

Selain itu, data idEA juga menunjukkan, 48 persen penduduk Indonesia mencari informasi seputar produk online, 46 persen mengunjungi toko online, dan 41 persen masyarakat Indonesia membeli produk online. Potensi ini, bukan tidak mungkin akan semakin meningkat ke depan.

“Jadi, total transaksinya itu kira-kira US$5,6 miliar. Sekarang semua bisa online. Bahkan, sampai cari pasangan. Bangun tidur sudah bukan lihat suami atau istri lagi, tetapi handphone dulu. Pergi, istri ketinggalan tidak apa-apa, asalkan HP tidak ketinggalan,” katanya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya