Ekonomi AS Bikin Rupiah Keok, Kini Rp13.630 per Dolar

Dolar AS dan rupiah.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA –  Bank Indonesia menegaskan, perkasanya dolar Amerika Serikat terhadap nllai tukar rupiah hingga menembus level Rp13.600 murni karena faktor sentimen global. Rupiah pun bukan menjadi satu-satunya mata uang yang terpuruk.

Melemah di Level Rp 16.220 per Dolar AS, Rupiah Diproyeksi Menguat

Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia hari ini, rupiah dibanderol Rp13.630 per dolar AS. Melemah dari perdagangan kemarin yang tercatat Rp13.560 per dolar AS. 

“Penguatan dolar cukup kuat, bahkan hari ini menembus level resisten level 94. Itu sebabkan kenapa mata uang seluruh dunia melemah,” kata Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo, Jakarta, Jumat 27 Oktober 2017.

Mendag Imbau Masyarakat Tak Perlu Khawatir soal Pelemahan Rupiah

Perry menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan rupiah terdepresiasi terhadap dolar Paman Sam. Pertama, karena kondisi perekonomian AS yang menguat di luar perkiraan, tercermin dari data sektor manufaktur yang mulai terlihat menggeliat.

Faktor kedua, adalah isu yang berasal dari bank sentral AS (The Fed). Mulai dari rencana kenaikan suku bunga AS (Fed Fund Rate), penurunan neraca The Fed, sampai dengan proses pemilihan Gubernur The Fed baru, di mana kandidatnya menjadi perbincangan hangat para pelaku pasar keuangan.

Gubernur BI Proyeksikan Rupiah Baru Balik ke Rp 15.000-an pada Kuartal IV-2024

“Pasar memandang, kandidat ini lebih berani mengambil kebijakan moneter. Pengetatan atau normalisasinya lebih berani dibandingkan Yellen (Gubernur The Fed). ini sebabkan kenapa tidak hanya dolar menguat, tapi juga suku bunga AS khususnya US treasury naik,” katanya.

Tak sampai di situ, rencana Presiden AS Donald Trump melakukan reformasi perpajakan pun dianggap menjadi sentimen negatif terhadap laju rupiah. Meski demikian, BI menegaskan, akan tetap melakukan langkah-langkah stabilitas mata uang Garuda, sesuai dengan fundamentalnya.

Menurut BI, cadangan devisa Indonesia saat ini sudah cukup untuk menstabilisasi nilai tukar dari berbagai indikator. Dengan pasokan dolar AS di pasar valuta asing yang mencukupi, bank sentral meyakini, upaya stabilisasi yang dilakukan bisa menempatkan rupiah pada level yang sesuai fundamentalnya.

“Stabilisasinya tidak hanya intervensi di pasar valuta asing, tapi juga beli SBN di pasar sekunder. BI akan terus melakukan stabilisasi kurs,” jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya