Di Balik Meriahnya Petasan dan Kembang Api saat Lebaran

Keindahan pesta kembang api.
Sumber :
  • REUTERS/Marcelo Regua

VIVA.co.id – Menjelang Lebaran tiba, intensitas suara petasan dan kembang api semakin meningkat. Tak diherankan lagi, petasan dan kembang api tampaknya sudah menjadi tradisi oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia ketika memperingati datangnya Ramadan dan hari raya Idul Fitri.

Menata Hati Sambut Bulan Suci

Meskipun suara yang dihasilkan dari ledakan petasan seringkali mengagetkan dan mengganggu pendengaran, akan tetapi hal ini bukanlah menjadi suatu alasan bagi sebagian orang untuk tidak membuat kehebohan dengan menyulut petasan. Bahkan ada yang menganggap Ramadan akan menjadi kurang berkesan tanpa suara petasan dan percikan kembang api.

Memang pada dasarnya suara ledakan dan percikan api yang dihasilkan oleh petasan akan terlihat sangat menarik dan menawan pada malam hari. Namun, ada juga sebagian orang yang tidak setuju dengan perayaan yang dihiasi oleh suara petasan. Sebab suara petasan dan percikan api sangat mengganggu dan berbahaya bagi anak-anak dan juga orang yang berkendaraan.

Pergilah Dinda Cintaku

Petasan dan kembang api merupakan bahan peledak berdaya rendah. Petasan ditemukan sekitar abad ke-9 di Tiongkok. Pada awalnya, petasan dibuat dari bubuk-bubuk yang dikemas dalam beberapa lapisan kertas dengan sumbu yang menjuntai. Jenis bubuk yang digunakan pada saat itu dibuat dengan mencampurkan garam peter (kalium nitrat), belerang (sulfur), dan arang dari kayu.

Dengan menyulutkan api pada sumbu yang menjuntai, maka reaksi dari campuran bubuk akan menyebabkan terjadinya ledakan. Namun pada saat ini, bahan baku petasan sudah dapat diperoleh dengan mudah di pasaran. Sehingga, tidak mengherankan lagi jika pembuatan petasan sudah banyak dilakukan oleh industri rumahan.

Tanggung Jawab dan Rekonsiliasi Masyarakat Lumban Dolok

Seiring dengan kemajuan zaman dan kebutuhan masyarakat akan hiburan, didukung dengan kreativitas yang tinggi menginovasikan kembang api. Yang menjadi keutamaan dari kembang api ialah warna-warni dan pijaran api yang dihasilkan. Tentu saja kembang api berbeda dengan petasan sebab kembang api tidak menghasilkan suara ledakan.

Dalam perkembangannya, kembang api akan membuat warna-warna dan bentuk yang menarik di udara. Warna yang dihasilkan merupakan campuran bahan-bahan kimia dalam suatu kubus kecil yang disebut star. Star inilah yang nantinya akan menentukan warna dan bentuk bila kembang api meledak.

Warna yang dihasilkan dari bahan kimia bermacam-macam. Warna merah merupakan pencampuran dari litium dan strontium, warna hijau berasal dari barium, warna kuning dari natrium, sedangkan warna biru berasal dari tembaga.

Keindahan warna-warni dan pijaran api yang dihasilkan dari kembang api memberikan kesan yang mengagumkan dan menghiasi langit malam seolah terlihat seperti taburan bintang-bintang. Hal inilah yang membuat sebagian besar masyarakat menganggap suasana malam takbiran akan menjadi lebih meriah dengan kembang api.

Dalam pengaplikasian ilmu fisika, pembentukan warna dalam kembang api terdiri atas dua mekanisme utama yaitu incandescence dan luminescene. Pembentukan warna dengan metode incandescene dilakukan dengan proses pemanasan. Cahaya yang dihasilkan dari proses pemanasan ini pada awalnya berupa cahaya inframerah. Perubahan warna akan menjadi semakin menarik seiring bertambahnya panas suatu bahan.

Sedangkan, pembentukan warna dengan metode luminiscene membutuhkan sumber energi selain panas. Dalam prosesnya energi diserap oleh elektron suatu atom atau molekul sehingga energi atom menjadi tereksitasi dan tidak stabil. Kemudian saat elektron kembali ke energi yang rendah, maka akan terlepas energi dalam bentuk foton (cahaya).

Suara oleh petasan dan cahaya oleh kembang api membuat sensasi yang menyenangkan saat perayaan pada hari Lebaran. Seringkali kegembiraan pada momen Lebaran membuat sebagian orang terlupa akan bahaya dari petasan. Berbicara tentang bahaya petasan, setiap tahunnya akan selalu saja ada korban yang terluka bahkan meninggal dunia oleh petasan. Perayaan Lebaran dengan petasan dan kembang api sebenarnya merupakan suatu bentuk tindakan yang melanggar keamanan dan kenyamanan publik.

Menanggapi hal ini, pemerintah setempat sudah berupaya menertibkan masyarakat dalam menggunakan petasan dan kembang api. Upaya penertiban ini merupakan langkah yang selalu dilakukan oleh aparat keamanan, salah satunya dengan merazia penjual petasan.

Meskipun demikian, ternyata para penikmat petasan tidak pernah berkurang. Bahkan tak dapat disangkal lagi tentunya petasan semakin sulit diberantas karena telah membudaya pada masyarakat. Demi keselamatan dan keamanan dalam kegembiraan menyambut Ramadan dan Lebaran sebenarnya tidak harus dengan petasan. (Tulisan ini dikirim oleh Rika Susanti, Mahasiswa Fisika Universitas Andalas, Padang)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya