Konflik Arab Saudi-Iran Bisa Makin Serius

Demo mengecam Saudi
Sumber :
  • REUTERS/Raheb Homavandi
VIVA.co.id
Iran Eksekusi Mati Ilmuwan Nuklirnya
- Keputusan Arab Saudi yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran membuat situasi di Timur Tengah makin meruncing.  Situasi di wilayah tersebut dikhawatirkan makin memburuk.

Iran Akui Tentaranya Tewas dalam Perang Suriah

"Pecahnya hubungan diplomatik antara Saudi dan Iran bisa meluas dan tak terkontrol," komentar Fawaz Gerges, ketua Studi Timur Tengah Kontemporer di London School of Economic, Inggris. Menurut Gerges, konflik keduanya sudah lama hidup dan terjadi sebelum Saudi memutuskan hubungan diplomatik. "Konflik mereka terus menguasai Arab selama beberapa waktu," kata Gerges, seperti dikutip dari
AS dan Israel Bahas 'Pengiriman' Virus Stuxnet ke Iran
CNN, Senin, 4 Januari 2016.


"Situasi ini secara ekstrem menarik jarak antara dua kekuatan besar di Teluk. Suni yang didominasi Saudi Arabia, dan Syiah yang didominasi Iran. Mereka tak hanya perang pernyataan, namun juga perang kuasa. Ini sangat mungkin membuat situasi menjadi sangat buruk dan berbahaya dalam beberapa pekan ke depan, juga beberapa bulan ke depan," kata Gerges.


Seorang analis militer CNN, Mark Hetling juga menyampaikan kekhawatirannya. "Sangat mungkin pecah konflik militer antara Saudi Arabia dan Iran," kata pensiunan Jenderal tersebut. "Itulah isu kuncinya. Ini akan sangat meluas dengan cepat," katanya.


"Iran dan Saudi Arabia bukan sekutu alami, juga bukan musuh alami. Namun secara natural mereka saling berkompetisi, sebagai produsen minyak terbesar, dan masing-masing memproklamirkan diri sebagai pendukung Suni dan Syiah," komentar Profesor Mohsen M.Milani dari University of South Florida.


Kedua negara sama-sama mengaku sebagai korban dari meningkatnya eskalasi politik antara mereka, kata Gerges menambahkan.


"Apa yang tampak saat ini bukanlah perang pernyataan, namun ini adalah dasar untuk membagi perang besar. Perang jabatan, Perang Dingin telah berpindah, kini antara Iran dan Saudi Arabia. Ini adalah perang tentang geopolitik. Ini tentang kekuasaan. Ini tentang pengaruh," katanya menambahkan.


Gerges juga menegaskan untuk melupakan konflik yang saat ini terjadi di Suriah dan Yaman. "Lupakan Yaman dan Suriah. Saat ini, kita sedang melihat dua negara Islam yang memiliki kekuatan seimbang dan berada tepat di pusat Timur Tengah, dan kini mulai mengarah pada konfrontasi langsung, bukan lagi perang pengaruh. Jadi, kita harus berhati-hati untuk menjaga eskalasi ini agar tak terus mengarah pada konfrontasi," kata Gerges.


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya