RI Tak Ingin Samudera Hindia Jadi Ajang Adu Kuat-kuatan

Indonesia baru saja sukses menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Negara-negara Pesisir Kawasan Samudera Hindia di Jakarta pekan lalu.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/IORA SUMMIT 2017/Wahyu Putro A

VIVA.co.id – Samudera Hindia termasuk perairan yang sangat strategis. Hal ini mengingat tingginya aktivitas bisnis dan pelayaran yang melintasi perairan tersebut.

Mayoritas Kota-kota Besar Berpotensi Hujan dampak Dua Siklon Tropis, Menurut BMKG

Dua pertiga kapal kontainer dan perdagangan dunia melintasi perairan ini. Deputi Bidang Kedaulatan Maritim dari Kementerian Koordinator Bidang Maritim, Arif Havas Oegroseno, mengungkapkan ada kemungkinan dan indikasi bahwa Samudera Hindia jadi proyeksi kekuatan dari berbagai negara.

Melihat hal ini, Indonesia perlu mengupayakan penuh wilayah yang damai atas perairan ini. "Kita menginginkan Samudera Hindia jadi kawasan yang penuh perdamaian di kawasan kita. Karena, kawasan ini mendukung navigasi dari kepentingan kita seperti ekspor ke Afrika dan Eropa," kata Havas di Jakarta, Senin 13 Maret 2017.

Gelombang Tinggi Berpotensi Terjadi di Samudera Hindia, BMKG Minta Warga Pesisir Pantai Waspada

Mantan Duta Besar Indonesia untuk Belgia dan Uni Eropa itu menjelaskan bahwa beberapa ekspor komoditi Indonesia seperti sawit dan ikan yang akan dikirimkan ke seluruh dunia, akan melewati Selat Sunda untuk kemudian memasuki kawasan Samudera Hindia. Melihat hal ini, Havas mengatakan kondisi yang kondusif harus tetap dijaga.

"Kita tidak ingin ada konflik baru. Energi kita sudah cukup terkuras dalam rangka menciptakan perdamaian di Laut China Selatan. Kita tidak mau hal yang sama terjadi di Samudera Hindia," ujar Havas.

BMKG Minta Masyarakat Waspada Cuaca Ekstrem hingga Sepekan ke Depan

Untuk mendukung hal tersebut, Asosiasi Negara-negara Pesisir Samudera Hindia atau IORA pekan lalu baru saja mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi dan membahas suatu mekanisme dengan negara-negara anggota.

Namun, ia mengakui tantangan yang masih dihadapi adalah kemampuan negara anggota, yang masih tergolong sebagai negara miskin.

"Tantangan kita ada negara yang masih terbilang miskin dan tidak punya kemampuan kemaritiman dan kelautan sama sekali. Perekonomiannya juga belum memungkinkan," kata Havas. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya