Mengungkap Sosok Pelaku Teror di London

Korban teror London tergeletak di jalan setelah ditabrak oleh mobil pelaku yang dikendarai secara ugal-ugalan.
Sumber :
  • REUTERS/Toby Melville

VIVA.co.id – Kepolisian Inggris tengah menyelidiki latar belakang pelaku serangan Jembatan Westminster dan gedung parlemen London, Khalid Masood (52) yang lahir dengan nama Adrian Russell Ajao.

Beredar Surat Ancaman Teror Bagi Warga Muslim Inggris

Ayah tiga anak ini memiliki sejumlah nama alias termasuk di antaranya Adrian Elms dan pernah tinggal di sejumlah kota, termasuk Luton dan London, ibu kota Inggris.

Mengutip situs BBC, Sabtu, 25 Maret 2017, pejabat Kepolisian Mark Rowley telah mengumumkan nama korban keempat Leslie Rhodes (75), satu dari tiga orang yang tewas setelah Masood menabrakkan mobilnya di Jembatan Westminster.

Orang-orang Ditrabraki di Sekitar Museum di London

Lima puluh orang luka-luka akibat serangan teror itu, di mana 31 orang dirawat di rumah sakit. Dalam melakukan aksinya pada Rabu, 22 Maret 2017, kata Rowley, Masood menabrakkan mobil di tempat pejalan kaki di Jembatan Westminster dan langsung menewaskan tiga orang.

Setelah itu, ia menikam seorang polisi senior Keith Palmer yang menjaga gedung parlemen. Polisi akhirnya menembak mati Masood. Akibat serangan teror ini, Rowley mengatakan keamanan di gedung parlemen akan dikaji ulang dan akan diubah bila perlu.

Leher Pria Inggris Ditusuk Saat Mau Salat

Masood mengaku profesinya sebagai "guru", namun BBC belum dapat memastikan apakah ia pernah bekerja sebagai guru dengan kualifikasi penuh di sekolah-sekolah negeri Inggris.

Ia juga diketahui menyewa mobil di Birmingham Utara, namun tidak jelas apa yang terjadi kemudian sampai ia menabrak pejalan kaki di Jembatan Westminster. Satu hari sebelum serangan, Masood menginap di Hotel Preston Park, Brighton, Inggris Selatan.

Manajer Hotel Preston Park, Saveur Toumi mengatakan, pihaknya tidak menyembunyikan identitasnya dan mengaku terakhir kali bertemu Masood sembari "tersenyum dan bercanda" sebelum keluar hotel.

Tidak terlibat terorisme

Rowley juga mengakui bila Masood tidak masuk dalam daftar mereka yang saat ini diselidiki dan tidak ada informasi intelijen terkait rencananya melakukan serangan teror.

Akan tetapi, Rowley menambahkan, ia diketahui pernah dipidana terkait berbagai serangan, termasuk melukai orang dan memiliki senjata serta melanggar ketertiban umum.

Pidana kriminal pertama Masood saat ia berusia 19 tahun pada November 1983. Kemudian, dalam salah satu insiden pada 2003, ia dituduh menikam seorang pria di hidung dan menyebabkan pria itu memerlukan bedah plastik.

Namun, ia tidak pernah didakwa terkait terorisme. Para tetangga Masood mengatakan kalau ia memiliki kepribadian ganda dan dapat berubah segera jika membicarakan tentang agama.

"Wajahnya akan berubah seketika dan matanya terlihat keras dan jahat. Ia sering berbicara tentang bagaimana orang Inggris membesarkan anak dan mengirim anak ke sekolah dengan standar buruk," kata Anna Goras, salah satu tetangganya.

Kelompok Daulah Islamiyah Irak dan al-Syam (ISIS) mengklaim bahwa Masood adalah salah seorang "prajurit mereka". Pernyataan ini dikeluarkan kantor berita organisasi itu, Aamaq, pada Kamis.

Dalam 18 bulan terakhir, ISIS mengancam akan menyerang Inggris. Dalam video propaganda setelah mengklaim bertanggung jawab atas serangan Paris, Prancis, November 2015, organisasi itu menyebut Inggris sebagai sasaran berikutnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya