Memperingati Pulau di Indonesia Ditukar dengan New York

Acara Peringatan 350 Tahun Perjanjian Breda di Kota New York, 23 April 2017.
Sumber :
  • KJRI New York

VIVA.co.id – Pada 350 tahun yang lalu, Inggris dan Belanda sepakat bertukar wilayah jajahan melalui Perjanjian Breda. Inggris bersedia menyerahkan Pulau Run di Kepulauan Banda, sedangkan Belanda sepakat melepas Pulau Manhattan di Amerika Serikat - yang kini menjadi Kota New York. Kesepakatan tukar-menukar wilayah jajahan itu merupakan salah satu titik penting sejarah kolonialisme di masa lampau.

AS Perpanjang Pembebasan Tarif Bea Masuk untuk Indonesia

Sebagai bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah, kalangan akademisi, diplomat, pencinta seni, Indonesianis serta masyarakat lokal di Kota New York sepakat memperingati Perjanjian Breda yang bersejarah itu melalui suatu pertunjukan teater dan pameran lukisan, dengan melibatkan seniman Indonesia dan Amerika.

Maka ruang Pancasila di gedung Konsulat Jenderal Republik Indonesia di New York, Minggu 23 April 2017 waktu setempat, menghadirkan kembali jejak sejarah 350 tahun yang lalu, di mana ditandatangani perjanjian Breda antara Kerajaan Inggris dan Belanda yang menukar kepemilikan Pulau Manhattan di New York dan Pulau Run di Kepulauan Banda yang kaya rempah.

Jimly Asshiddiqie: Menlu AS Datang Bujuk RI Tak Berpihak ke China

Seperti yang disiarkan KJRI New York, jejak sejarah tersebut ditampilkan melalui pameran lukisan dari perupa Indonesia Hanafi bertajuk ”Maritime Spice Road” dan pertunjukan teater kontemporer oleh Profesor Ronald Jenkins dari Department of Theater Wesleyan University dengan judul “Islands: The Lost History of the Treaty that Changed the World”, yang dibuka pada Minggu, 23 April 2017, di KJRI New York.

Seluruh pengunjung yang memenuhi ruang Pancasila serasa menghirup kembali udara yang penuh dengan bau pala dan rempah Banda Run serta pergerakan politik perdagangan rempah yang sengit saat itu hingga ke belahan dunia lain di New York.

DPR Ingatkan Prabowo Jangan Beli Jet Tempur Bekas

“Kita berada di sini bukan merayakan pendudukan bangsa Eropa terhadap belahan dunia lainnya, kita tidak memperingati kolonialisme. Apa yang kita lakukan adalah mempersembahkan karya seni yang akan membantu untuk memahami potongan sejarah yang telah mengubah dunia,” kata Konsul Jenderal Republik Indonesia di New York, Abdul Kadir Jailani.

Pada abad ke-16 Kerajaan Belanda - melalui serikat dagang VOC - menguasai jalur utama perdagangan rempah dan memonopoli perdagangan pala dari kepulauan Indonesia ke Eropa. Hampir seluruh pulau di Kepulauan Indonesia dikuasai oleh Kerajaan Belanda, kecuali Pulau Run, salah satu pulau utama penghasil pala yang pada saat itu dikuasai oleh Kerajaan Inggris.

Sementara itu, New Netherland  - yang kini menjadi New York - pada saat itu merupakan salah satu koloni Kerajaan Inggris kecuali Pulau Manhattan yang dikuasai oleh Belanda.  

Dua kerajaan yang mendominasi dunia pada saat itu bertikai memperebutkan rempah-rempah, termasuk pala, di Timur dan bulu hewan di Barat. Pada 1667 kedua kerajaan ini menyelesaikan pertikaian mereka dengan menukar kedua pulau. Ini dikenal sebagai Perjanjian Breda.

Promosi Indonesia

Menurut Jailani, pameran dan pentas seni tersebut merupakan acara pertama dari serangkaian kegiatan yang akan diselenggarakan oleh KJRI New York dalam mempromosikan Indonesia di New York selama tahun 2017 ini dengan tema utama 350 tahun perjanjian Breda.

“Direncanakan acara puncak peringatan tersebut akan dilakukan pada bulan Agustus 2017 dalam bentuk ”Indonesian Street Festival 2017” yang menutup seluruh jalan di depan KJRI New York,” kata dia.

Acara peringatan Perjanjian Breda itu dihadiri sekitar 200 undangan, yang terdiri atas kalangan diplomatik, akademisi, pencinta seni, Indonesianis, dan masyarakat lokal. ”Saya berharap agar pertunjukan dan acara ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Kota New York secara keseluruhan, tidak hanya untuk memperkaya pengetahuan mereka tentang warisan seni dan budaya Indonesia, namun juga akan kekayaan sejarah Kota New York dan Manhattan,” kata Jailani, yang juga menyertakan kutipan dari Presiden Sukarno, ”Jangan pernah melupakan sejarah, karena itulah yang membuat dan mengubah kamu.”

Perupa Hanafi menggambarkan Pulau Run dan sejarahnya dalam karyanya yang terdiri atas lukisan-lukisan yang dipadukan karya seni instalasi melalui riset selama enam bulan di Banda Run yang merefleksikan denyut nadi dunia saat itu.

"Kapal-kapal kargo berdatangan melalui jalur rempah yang memanjang dari Asia ke Eropa. Kesibukan jalur rempah pada akhirnya mengubah peta politik dan perdagangan dunia” demikian Hanafi menggambarkan karya lukis dan instalasinya yang disimbolkan oleh komoditas pala yang menopang sosok patung Liberty dari belakang.

Alur sejarah rempah turut direfleksikan film maker Budi Kurniawan melalui pemutaran filmnya “Aroma of Heaven” dan “Legacy of Java” yang menjadi bagian dalam konsep pameran. Kopi menjadi komoditas yang berlayar kembali di jalur rempah. Secangkir kopi yang lezat berlayar dengan senyap hingga ke New York.

Sejarah tersebut juga digambarkan dengan sangat menarik melalui pentas teater kontemporer “Islands” oleh Ron Jenkins. Dia memadukan tarian, musik gamelan dan teks sejarah dengan menghidupkan kembali perjanjian Breda dalam konteks kontemporer.

“Teater ini bermaksud menampilkan kembali sejarah Perjanjian Breda yang sempat terlupakan,” kata Jenkins.

Dia pun mengaku telah melakukan riset yang mendalam mengenai perjanjian Breda termasuk sejarah dan kehidupan di pulau Run. Pentas teater ini direncanakan dimainkan juga di Bali dalam waktu dekat. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya