16 WNI di Marawi Anggota Jamaah Kompor, Komunitas Apa Itu?

Penduduk Kota Marawi, Filipina bagian selatan, terpaksa mengungsi setelah wilayah mereka jadi ajang konflik antara pasukan Filipina dengan kelompok militan setempat yang mendukung jaringan Daulah Islamiyah Irak dan al-Syam (ISIS).
Sumber :
  • Reuters/Erick de Castro

VIVA.co.id – Kementerian Luar Negeri RI membenarkan kabar bahwa ada 16 Warga Negara Indonesia yang tengah terjebak di Kota Marawi, Filipina bagian selatan, wilayah konflik antara pasukan Filipina dengan kelompok militan setempat yang mendukung jaringan Daulah Islamiyah Irak dan al-Syam (ISIS). Enam belas WNI itu, ungkap Kemlu, datang dengan resmi ke Filipina dan tercatat dalam berkas administrasi otoritas setempat.

Status WNI Istri Pemimpin Militan Filipina Belum Jelas

Oleh karena itu, diduga mereka memang tak ada kaitannya dengan terorisme. Selain 16 orang itu, otoritas Filipina menyatakan bahwa para teroris asal Indonesia, Malaysia dan Filipina serta eks Suriah kini berkumpul di Marawi dan sempat merebut kota tersebut. Mereka berafiliasi dengan ISIS.

"Perwakilan kita sudah melakukan kontak dengan WNI tersebut, permintaan mereka adalah dapat dievakuasi. Tapi memang sampai kemarin evakuasi belum dilakukan karena operasi masih berjalan," kata Menlu Retno Marsudi sebagaimana diberitakan VIVA.co.id, Selasa 30 Mei 2017.

WNI yang Terlibat ISIS Marawi Berasal dari Medan

Disebutkan bahwa 16 orang tersebut berasal dari Jamaah Tabligh. Memang disebutkan bahwa di Marawi terdapat kantor perwakilan Jamaah Tabligh yang berfokus pada urusan dakwah.

Di Indonesia khususnya di Jawa, komunitas Jamaah Tabligh sudah lama dikenal. Orang-orang yang bergabung dengan komunitas ini memang diketahui getol berdakwah dari pintu ke pintu dan hidup bagaikan musafir. Mereka hidup ala backpaker sehingga dikenal juga dengan sebutan “Jamaah Kompor”.

Militan Asal Indonesia Diburu Militer Filipina

Alasannya, pada saat bepergian, mereka tak jarang membawa kompor kecil, wajan bahkan penanak nasi. Mereka juga membawa kelambu dan kantong tidur. Para anggota komunitas ini biasanya menginap di masjid atau mushala sehingga tak harus mengeluarkan biaya.

Mereka mengajak orang-orang agar salat di masjid dan mengamalkan ajaran agama.

Dari sejumlah sumber disebutkan bahwa ajaran komunitas ini awalnya datang dari India. Tak lama berkembang menjadi komunitas yang memang cukup menarik perhatian. Meskipun tidak diketahui jumlah pasti jemaah kompor di Indonesia saat ini. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya