Tokoh Kunci ISIS di Marawi Ternyata Menantu Orang Indonesia

Darurat militer di Marawi, Filipina. Kelompok ISIS mulai merambah Asia.
Sumber :
  • REUTERS/Erik De Castro

VIVA.co.id – Omarkhayam dan Abdullah merupakan dua militan dari suku Maute yang kini paling dicari di Marawi, Filipina Selatan. Dua orang bersaudara itu disebutkan menjadi figur penting rencana pendirian negara Islam di Asia Tenggara yang disokong ISIS.

Marah Anggotanya Disiksa, ISIS Rilis Video Ancam Bunuh Presiden Putin: Berhenti Siksa Anggota Kami!

Dilansir laman Reuters, Senin 12 Juni 2017, Omarkhayam beberapa waktu lalu pernah menggunggah dalam laman akun Facebook-nya yang bernama Omarkhayam Romato Maute, bahwa dia ibarat bom berjalan. Dia juga menyebutkan bahwa pada waktu ini adalah waktu yang tepat untuk membuat ledakan demi ledakan.

Omarkhayam disebut menjadi salah satu pimpinan jaringan teroris Islam di Filipina Selatan. Diketahui bahwa Filipina kini memberlakukan darurat militer di Marawi dibantu oleh pasukan Amerika Serikat.

Rusia Sebut AS Buru-buru Tuduh ISIS Atas Serangan Gedung Konser di Moskow

"Kelihatannya teroris masih jauh di Timur Tengah namun tidak demikian. Kini ini menjadi masalah kita bersama," kata PM Singapura, Lee Hsien Loong, tentang ISIS di Marawi tersebut beberapa waktu yang lalu.

Sementara tetangga Omarkhayam dan Abdullah yang mengenal mereka sejak kecil mengatakan bahwa keduanya tumbuh normal sebagaimana anak lelaki kebanyakan. Dibesarkan di tengah keluarga dengan beberapa saudara lelaki dan perempuan, keduanya disebutkan dahulu suka bermain bola basket. Tak ketinggalan mereka juga rajin belajar Bahasa Inggris dan Alquran.

Tidak Hanya di Rusia, Ada Deretan Jejak ISIS dalam Aksi Teror di Indonesia

Pada tahun 2000-an keduanya diketahui terbang ke Mesir dan Yordania untuk belajar. Omarkhayam belajar di Universitas Al-Azhar di Kairo setelah kemudian bertemu dengan putri ulama Islam konservatif asal Indonesia dan menikahinya. Mereka sempat kembali ke Indonesia. Omarkhayam sempat mengajar di sekolah milik ayah mertuanya di Indonesia hingga akhirnya kembali ke Mindanao pada tahun 2011.

Sementara Abdullah sempat belajar di Yordania dan tidak diketahui pasti waktu tepat dia kembali ke Mindanao.

"Kami masih terkejut mereka menjadi teroris. Mereka orang baik dan religius. Seharusnya kalau belajar Alquran tidak jadi begini," kata tetangga Omarkhayam di Marawi. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya