Dukungan Internasional untuk AS Menguat

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.
Sumber :
  • REUTERS/KCNA

VIVA.co.id – Militer Korea Selatan mengatakan pada hari Kamis, 10 Agustus 2017, bahwa pernyataan Korea Utara baru-baru ini mengenai rencana menyerang wilayah AS di Guam adalah tantangan melawan Seoul dan AS, aliansi dekat Korea Selatan.

Kim Jong-un Hilang Jelang Parade Militer Massal Korea Utara

Juru Bicara Kepala Staf Gabungan Roh Jae-cheon mengatakan pada wartawan, bahwa Korea Selatan siap untuk segera bertindak melawan provokasi Korea Utara, walaupun militer tersebut belum melihat tindakan yang tidak biasa di Utara yang mengindikasikan adanya provokasi.

Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull mengatakan, negaranya segera bersiap untuk bergabung dalam perang melawan Korea Utara, jika negara itu jadi menyerang Amerika Serikat. Dalam sebuah wawancara radio yang dikutip oleh BBC, Turnbull mengatakan  dengan jelas posisi Australia.

Meradang Dengar Misi Kim-Jong un, Militer Korsel Bikin Pasukan Anti-Nuklir Korea Utara

"Jika terjadi serangan terhadap Amerika Serikat, Perjanjian Anzus akan menjadi pegangan, dan Australia akan mendatangkan bantuan untuk Amerika Serikat, seperti Amerika selalu datang jika kami diserang," ujarnya.

Sementara Jepang bersiap untuk menahan laju rudal yang ditembakkan oleh Korea Utara. Menurut pernyataan yang dilansir KCNA, 10 Agustus 2017, roket Hwasong-12 yang akan diluncurkan oleh KPA akan melintasi langit di atas prefektur Shimane, Hiroshima, dan Koichi di Jepang.

Korsel Membalas, Rudal Kendali Udara Teror Situs Nuklir Korea Utara

Berdasarkan informasi itu, Jepang bersiap menghadangnya. Menteri Pertahanan Jepang Itsunori Onodera, seperti diberitakan oleh Kyodo News Service mengatakan, hal itu bisa dilakukan secara legal oleh Jepang.  Kepada Komite Majelis Rendah di Parlemen, Jepang akan diizinkan untuk menyerang sebuah rudal yang menuju ke wilayah Pasifik A.S. jika dinilai sebagai ancaman eksistensial ke Jepang.

Dukungan juga datang dari Kuwait. Disampaikan oleh media resmi pemerintah, KUNA yang mengutip sumber di Kementerian Luar Negeri, pemerintah Kuwait sudah mulai mengambil tindakan melawan Korea Utara, termasuk menghentikan penerbangan langsung dari atau menuju Pyongyang.  Sumber resmi itu mengatakan, tindakan yang diambil juga termasuk menghentikan visa berkunjung untuk pekerja asal Korea Utara, termasuk ijin komersial.

Uni Eropa juga memilih bersikap sama dengan AS. Uni Eropa sepakat untuk menambah jumlah orang dan entitas yang masuk dalam daftar sanksi mereka. Konsul Eropa di pemerintahan Uni Eropa mengatakan sanksi baru itu termasuk Bank Perdagangan Asing milik negara.

China, yang dianggap rekan dekat Korea Utara belum memberikan pernyataan apapun terkait meningkatnya ketegangan antara Korea Utara dan Amerika. Pekan lalu, media resmi pemerintah China meminta Trump agar tak meluapkan emosinya melalui media sosial. Namun Trump mengabaikan permintaan itu. Kali ini sebuah media yang dijalankan oleh pemerintah memberikan saran agar pemerintah China tetap bersikap netral.

"China harus memberikan sikap jelas jika ancaman Korea Utara untuk melepaskan rudalnya yang mengancam AS dan AS membalasnya, China harus tetap netral," tulis Global Times dalam editorialnya, seperti diberitakan Reuters, 11 Agustus 2017. Meski bukan representasi dari pemerintah namun Global Times dibaca secara luas di seluruh China.

"Jika Amerika dan Korea Utara melanjutkan serangan dan mencoba menjatuhkan rezim Korea Utara mengubah peta politik di Semenanjung Korea, China harus mencegah itu terjadi," tulis media tersebut. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya