Banyak Masalah di AS, Trump Jadikan Yerusalem Pengalih Isu

Aksi Protes terhadap Donald Trump dan Israel Soal Yerusalem
Sumber :
  • REUTERS/Muhammad Hamed

VIVA – Himpunan Profesional Muslim Alumni Universitas Indonesia yang tergabung dalam Solusi UI, turut mengkritik Presiden Amerika Serikat Donald John Trump yang dinilai mengeluarkan pernyataan gegabah dan tidak berdasar terkait Yerusalem.

Donald Trump dan Kedua Anaknya Akan Diperiksa Terkait Penipuan

Ketua Umum Solusi UI, Sabrun Jamil mengatakan tindakan 'ngawur' Trump, telah merusak proses perdamaian sekaligus mengancam kestabilan dan keamanan dunia.

Selain itu, Jamil menuturkan, tindakan yang dilakukan Trump terhadap Yerusalem merupakan bentuk pengalihan permasalahan dirinya di AS. Karena, sejak masa kampanye, Trump memiliki banyak masalah, dan itu perlahan-lahan mulai terbukti dan terkuak ke publik.

Donald Trump Ambil Surat Cinta Kim Jong Un dari Gedung Putih

"Ini jelas sangat berpengaruh ke popularitasnya di mata rakyat Amerika yang turun. Otomatis mengurangi dukungan rakyat dan Senat," kata dia di Jakarta, Jumat 8 Desember 2017.

Ia kemudian bercerita mengenai sejarah saat zionis internasional yang mengirimkan orang-orang Yahudi Eropa ke Palestina pada 1900-an. Menurutnya, orang-orang Yahudi di dalam Yerusalem atau Al Quds jumlahnya sangat sedikit. Sementara itu, kurang dari 10 persen umat Islam tinggal di Yerusalem, yang merupakan tanah bangsa Palestina.

Parasit Berbahaya Terungkap dari Toilet di Yerusalem

"Apa yang dilakukan Trump terhadap Yerusalem merupakan suatu bentuk dukungan terhadap penjajahan Israel, sekaligus tidak mengakui Palestina sebagai negara berdaulat," ungkapnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Solusi UI, Eman Sulaeman Nasim menuturkan, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kelompok negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI) tengah mengupayakan perdamaian yang abadi atas konflik dua negara tersebut. Ia mengatakan solusi yang tepat dari penyelesaian Palestina dan Israel adalah solusi dua negara.

"Kami berharap Presiden Jokowi bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan para kepala negara anggota OKI lainnya bisa menekan pemerintah AS dan Israel agar mencabut dan mengembalikan Yerusalem ke Palestina," jelas Eman.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya