Penyesalan Arab Saudi dan Derita Sumiati

Ilustrasi kekerasan.
Sumber :
  • Nadya

VIVAnews - Kisah pilu Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri sudah tak terbilang. Yang terbaru adalah yang dialami Sumiati di Arab Saudi. Deraan sang majikan membuat fisiknya babak belur. Bibirnya tak berbentuk lagi, sebagian hilang karena digunting.

Kepiluan Sumiati memicu reaksi keras dari dalam negeri. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membentuk dan memerintahkan sebuah tim khusus diberangkatkan ke Arab Saudi. Tim ini bertugas memastikan bahwa proses hukum terhadap kasus itu ditegakkan dan korban mendapat pengobatan terbaik. Presiden menegaskan bahwa semua jenis diplomasi untuk kasus ini dilakukan secara all out.

Sementara Menteri Hukum dan HAM, Patrialis Akbar ,menegaskan bahwa penganiayaan terhadap Sumiati merupakan pelanggaran HAM berat. Menlu Marty Natalegawa langsung memanggil Duta Besar Arab Saudi di Indonesia, Abdurrahman M Amen, meminta penjelasan sekaligus membahas masalah ini.

Dalam pertemuan dengan Marty, pemerintah Arab Saudi berjanji akan membantu menegakkan proses hukum kasus ini. Abdurrahman M Amen juga menyampaikan bahwa pemerintahnya menyesali dan mengutuk perbuatan kejam dan zalim yang menimpa Sumiati. Langkah awal telah dilakukan yakni dengan mengamankan Sumiati ke rumah sakit.

Rupiah Amblas ke Rp 16.200 per dolar AS, Gubernur BI Lakukan Intervensi

Menyesal dan ke rumah sakit saja tidaklah cukup. Tak ingin kasus serupa terulang terus-terusan, pemerintah RI lewat perwakilan di Jeddah telah mengambil langkah-langkah hukum. Sang majikan sudah dilaporkan ke Kepolisian Madinah untuk memastikan adanya tindakan hukum. Pemerintah siapkan pengacara untuk proses hukum ini.

Ketua Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Jumhur Hidayat, menegaskan bahwa pemerintah akan sekuat tenaga mencari keadilan bagi Sumiati. Kepada VIVAnews, Rabu malam, Jumhur memastikan bahwa dia akan menutup langkah mediasi. Mediasi itu adalah penghinaan terhadap bangsa ini.

Tapi mengusut penganiayaan TKI di Arab Saudi bukan perkara mudah juga. Sebab, seperti kata Ketua Komnas Perempuan Yuniyanti Chuzaifah kepada VIVAnews, sistem sosial dan lingkungan kerja di Arab Saudi untuk melindungi buruh migran belum terbentuk dengan baik.

Yuniyanti yang menyelesaikan S-3 Bidang Antropologi Gender dan Migrasi di Amsterdam University ini mengaku cukup mengetahui tabiat majikan di Arab Saudi. Dia telah melakukan penelitian tiga tahun di sana dengan sampel para majikan, para duta besar, pengacara, jurnalis, ulama, masyarakat biasa, penerjemah, termasuk buruh migran laki-laki.

Hasil penelitian yang dilakukan pada 2006 itu menyimpulkan bahwa menyatakan sangat sulit melindungi buruh migran secara diplomatik. Perlindungan buruh pembantu di Arab Saudi, katanya, "Memang tidak mudah karena masyarakat di sana tertutup sehin gga polisi juga kesulitan dalam mengungkapnya,”

Jalan satu-satunya agar kasus seperti ini tidak terulang terus-terusan, kata Yuniyanti, pemerintah segera meratifikasi konvensi internasional tentang perlindungan hak semua buruh migran dan anggota keluarganya.

Menurutnya, ratifikasi konvensi ini penting guna memberikan perlindungan penuh kepada semua buruh migran yang bekerja sebagai TKI di luar negeri.



Sumiati sendiri kini sudah dalam penanganan tim medis dari dokter Indonesia yang ada di Arab Saudi. Kondisi warga Desa Jala Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu, Nusa tenggara Barat, sudah mulai membaik.

Michael Tene, Jubir Kementerian Luar Negeri kepada VIVAnews, Rabu  malam, mengungkapkan bahwa Sumiati yang mengalami luka serius di kedua kakinya, sekujur tubuh dan wajah, termasuk bibir bagian atasnya yang hilang karena digunting sang majikan, Khalid Saleh Mohammad Al Hamimi, sudah bisa makan nasi.

Bahkan Sumiati sudah minta mangga, buah kesukaannya. "Padahal sebelumnya  lukanya cukup parah," kata Tene.

Berdasarkan kabar terakhir dari Kedutaan Besar RI di Jeddah, kata Tene, belum ada laporan yang menggambarkan kondisi psikis Sumiati. Meski demikian, pemerintah akan tetap melakukan pemulihan secara mental. "Memang baru sebatas kondisi fisik. Tentu butuh waktu pemulihan secara mental," ujarnya.

Agar derita Sumiati lebih ringan, kata Tene, pemerintah telah menawarkan agar keluarga ikut mendampingi Sumiati di Arab Saudi. Dengan kehadiran keluarga itu mungkin dia merasa lebih tenang.

Sumiati yang lahir di Dompu, 2 Januari 1987 itu diberangkatkan PT Rajana Falam Putri dari Mataram ke Jakarta 23 Juni 2010 dan kemudian pada 18 Juli 2010 menuju Madinah untuk bekerja sebagai TKI Penata Laksana Rumah Tangga.

Majikan Sumiati adalah Khalid Saleh Mohammad Al Hamimi. Sementara agen perekrut Sumiati di Madinah yaitu Al Mechdor Manpower Services, Madinah. Sumiati tercatat dalam program asuransi TKI melalui PT Asuransi Damam Syamil dengan nomor peserta asuransi 011007202401.

Perusahaan penyalur dan pihak asuransi sudah diminta keterangan  oleh BNP2TKI, berbarengan dengan pemanggilan PT Rajana, Selasa 16 November. BPN2TKI telah meminta pihak asuransi membayar klaim Sumiati yang besarannya sekitar Rp40 juta.

Demi menghindari kasus yang sama, BNP2TKI juga akan mengevaluasi kembali penempatan TKI Penata Laksana Rumah Tangga ke negara Arab Saudi.

Akankah pengiriman TKI dihentikan?  Michael Tene menegaskan, sampai saat ini belum ada wacana ke arah sana. "Terkait hal itu saya tidak punya informasi," kata dia. Ranah Kemenlu, hanya memberikan perlindungan kepada WNI di luar negeri.

Terungkap 3 Alasan Iran dan Arab Saudi Saling Bermusuhan, Isu Agama Paling Kuat

Pemerintah Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mengambil langkah tegas. Stop pengiriman TKW ke Arab Saudi. "Buat apa punya devisa, tapi martabat kita terus dihina," kata Gubernur NTB, Zainul Majdi.

VIVA Militer: Rudal balistik Jericho militer Israel

Ledakan Terdengar di Bandara hingga Pusat Nuklir Iran

Rudal Israel telah menghantam sebuah lokasi di Iran pada Jumat, 19 April setelah beberapa hari Teheran melancarkan serangan pesawat tak berawak ke Israel.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024