Mi Bikini yang Meresahkan Negara

Petugas menunjukkan produk mi Bikini (bihun kekinian) yang disita oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Jakarta, Senin, 8 Agustus 2016.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id - Laris manis tanjung kimpul, dagangan habis uang terkumpul. Mungkin demikian bagaimana hebohnya ketika ribuan bungkus dengan cepatnya dilahap oleh pembeli.

Ya, harus diakui kehadiran memang fenomenal. Dalam kurun waktu singkat, makanan ringan berbahan bihun goreng ini betul-betul menarik perhatian. Maklum, selain rasanya yang gurih, makanan ringan karya seorang perempuan belia berumur 19 tahun ini memiliki kemasan yang unik dan genit.

"Remas aku," demikian slogan yang tercantum dalam kemasan snack berwarna kuning tersebut.

Tak ada yang salah sesungguhnya dengan jargon ini, cuma memang kemasan plastik dengan banderol harga Rp15 ribu per bungkus itu menampilkan gambar tubuh perempan berbaju bikini. Sehingga membuatnya terkesan 'genit' dan menggoda.

Sebab itu, maklum adanya jika ada yang berburu ini selain karena rasanya yang gurih, juga karena keunikan bungkusnya. Kesan porno, cabul dan genit, mau tak mau menjadi daya tarik paling kuat dari mi yang dibuat di sebuah dapur sederhana tersebut.

Yuk, Kulineran Sambil Nonton Layar Tancap di Pasar Senggol

Nyeleneh yang menarik

Berbisnis memang tidak mudah. Jatuh bangun, merugi atau pun hingga mendadak jutawan sudah menjadi tantangan bagi mereka yang berjiwa bisnis. Karena itu, begitu banyak contoh bagaimana mereka yang memulai bisnis. Yang dari awalnya tertatih-tatih, namun kemudian menjadi inspirasi.

Di Indonesia cukup banyak beragam produk bernama 'nyeleneh' namun kemudian populer dan menginspirasi. Sebut saja nama Nasi Goreng Jablay, yang terinspirasi dari film Jablay yang mengkonotasikan kepada perempuan jarang dibelai.

Dan tentunya, nasgor Jablay tak sendiri diturunkan. Setiap penjualannya, khususnya di Kota Bandung Jawa Barat, pembeli juga akan ditawarkan dengan level pedas tertentu. Misalnya pedas Perawan Tingting (tidak pedas), menggoda (sedang), menggairahkan (pedas), menghangatkan (pedas sekali) dan memuaskan (sangat pedas sekai).

Nama makanan berikutnya yang juga kadung populer adalah Kue Larva. Ya..larva. Penampilannya sepintas menjijikkan. Sebab, ia disajikan dalam sebuah pot, lengkap dengan kue berbentuk tanah, bunga dan cacing. Rasanya jangan ditanya. Yang jelas enak dan tak sejijik penampilannya.

Lalu, masih kah ada nama lain? Sangat banyak. Indonesia hampir mirip seperti Jepang. Kreatifitas dan gaya modifikasi serta bagaimana mengulik perhatian orang, diakui orang-orang Indonesia memang keren.

Penasaran? Rasanya semua kita mungkin pernah dengar nama-nama makanan seperti ini, Bakmi Setan, Bakso Setan, Nasi Goreng Gila, Soto Janda, Rawon Setan, Kerupuk Melarat, Mi Lendir dan lain sebagainya.  Nyeleneh bukan?

Foodigitalpreneur, Cara Zomato Ajak Pebisnis FnB Melek Tren Digital

Rawon Setan.

FOTO: Rawon Setan/VIVA.co.id

Ya, semuanya unik dan sangat menggelitik atau setidaknya membuat kita terpancing untuk mencicipi atau membeli. Seperti yang dikatakan seorang pengusaha sukses di Kota Bandung Jawa Barat, tidak nyeleneh maka tidak laku.

"Untuk membuat usaha berjalan kita harus membuat produk yang nyeleneh. Kalau produk tidak nyeleneh, maka cara jualannya yang nyeleneh,” kata Danu Sofwan, sang pemilik minuman terpopuler, Radja Cendol seperti dikutip dalam sebuah blog.

Akhir Pekan, Waktunya Icip-icip 5 Kuliner Yummy di Jakarta

Berujung penjara
"Tidak sedikit pun terpikir kalau itu pornografi. Saya dan teman-teman berpikir itu nama baju renang," kata TW (19), mahasiswi pembuat menjelaskan tentang hasil karyanya.

Baru-baru ini, sejak kehebohan bermunculan di jejaring sosial. Kepolisian dan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) memang dibuat kelimpungan.

Penjualannya yang secara online, membuat mi yang dianggap bermuatan porno itu terjual tersembunyi dari pengawasan. Ribuan bungkus Mi '' pun terlanjur terjual.

Hingga akhirnya di Sabtu dinihari, 6 Agustus 2016. Asal muasal pun terungkap. Dan siapa nyana ternyata produk makanan ini dikelola oleh seorang perempuan belia berhijab berusia 19 tahun bernama TW.

Alhasil yang nyeleneh itu, selain menarik pembeli. Keberadaannya juga menarik polisi untuk mencari tahu, dan kemudian membongkar praktik mi berbungkus perempuan dengan bra ini.

TW mengaku, sejatinya merupakan bisnis kecilnya yang digagas dari hasil proyek wirausaha kampusnya di Kota Bandung Jawa Barat. Ide sederhana ini bermula dari pengamatannya di lokasi rumah kosnya yang banyak menjual produk serupa.

Bikini Snack Disita BPOM

FOTO: Mi Bikini, bihun kekinian/VIVA.co.id

Atas itu, mereka menyulap bihun goreng tersebut dalam kemasan yang lebih 'kekinian' dan akhirnya jadilah yang merupakan akronim dari Bihun Kekinian.

“Slogan diberikan oleh guru (dosen) saya yang juga mengajarkan materi untuk marketing dan idenya. Kata remas aku juga bukan dimasudkan untuk meremas dada yang ada di gambar tersebut yang orang-orang mengartikan seperti itu," ujar TW.

Perlahan tapi pasti, pun populer, khususnya di jejaring sosial. Karena mi ini memang dijual terbatas dan tidak pernah sekali pun beredar di warung atau toko-toko.

Namun sayang, makanan bergambar genit ini mulai menuai protes. Ikonnya yang menampilkan perempuan mengenakan bra disertai dengan jargon 'Remas Aku' menuai masalah.

Tak cuma itu, belakangan juga terungkap jika rupanya tak memiliki izin jual, mencantumkan label halal palsu dan tak pernah sekali pun terdaftar di BPOM. Tak cuma itu, kemasannya juga dianggap memberikan informasi yang merusak nilai-nilai bangsa.

TW dan empat rekannya pun diburu oleh BPOM dan kepolisian. Rumah produksinya di Kota Depok Jawa Barat akhirnya didatangi petugas. "Tersangka sudah ada lima orang. Ini dari hasil investigasi yang memang didapat dari para saksi yang ada. Tapi ini ranahnya kami," kata Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Penny K Lukito? di Jakarta, Senin 8 Agustus 2016. TW dan rekan pun terancam hukuman pidana dua tahun penjara dengan denda paling banyak Rp4 miliar.

Menjaga moral
Beredarnya kontan membuat geram sejumlah pihak. Salah satu alasan paling kuat dari gelombang protes ini adalah bahwa mi tersebut dianggap merusak moral bangsa. Lantas bagaimana berbahayanya ini?

Menurut Menteri Sosial Khofifah Indarparwansa kehadiran produk rumahan itu bertentangan dengan semangat pemerintahan saat ini untuk revolusi mental. Atas itu, ia berharap bahwa peredaran mi tersebut harus diusut tuntas. "Upaya kami melakukan revolusi mental, jangan dirusak dengan cara-cara seperti ini ()," kata Khofifah.

Di tempat berbeda, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Bandung menilai terlepas dari gurih tidaknya rasa yang ada di dalam , bagi YLKI kemasan genit tersebut bisa mengancam kerusakan moral. Terutama anak-anak. "Ada motif perusakan moral bangsa," kata Ketua YLKI Bandung Firman Turmantara.

Dalam ketentuan, konsumen khususnya anak-anak, dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Karena itu, menurut Forman, produsen maupun pengedarnya bisa dijerat. Baik itu lewat undang-undang perlindungan konsumen maupun yang berkaitan dengan pornografi.

Diskusi Penelantaran Anak

FOTO: Ketua Komnas PA Seto Mulyadi/VIVA.co.id

Pendapat yang lebih tajam bahkan dilontarkan oleh Ketua Umum Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Seto Mulyadi. Pria yang akrab disapa Kak Seto ini menilai bahwa bukan tidak mungkin bisa memicu, khususnya anak-anak, untuk berperilaku negatif.

Sehingga sangat berbahaya, terutama bagi anak-anak yang belum memahami makna konten tersebut. "Itu bisa menstimulasi anak yang mengarahkan berperilaku negatif. Bahkan bisa mengarah ke perkosaan," kata pria kelahiran 64 tahun lalu ini.

Yah, akhirnya jadi produk kreatif yang kebablasan. Meski laris manis, sayang ia dikemas dengan hal yang dianggap sensitif dengan budaya Indonesia. Prinsipnya, kreatifitas tak boleh mati. Namun tetap kaidah moral tak boleh dilepaskan begitu saja.

"Kreativitas anak negeri harus didorong untuk maju, namun tetap mengemban misi edukasi kepada publik," kata Anggota Komisi IX DPR, Okky Asokawati.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya