Rumah Pengangkat Jasad Korban PKI Terancam Digusur

Rumah Kopral Noerali
Sumber :
  • Muhammad Iqbal - VIVA.co.id
VIVA.co.id
NASA Sebut Ada Lebih dari 5.000 Planet di Luar Tata Surya, Begini Penjelasannya
- Rumah Kapten Noerali, anggota TNI AD, yang berjasa mengangkat jasad Jenderal Ahmad Yani dari dalam sumur maut Lubang Buaya. Namun, ironisnya, rumah itu terancam digusur oleh salah satu Kesatuan TNI AD, yang mengklaim lahan di lokasi rumah tersebut merupakan milik instansi militer.

Guru dan IRT Jadi Korban Pinjol Ilegal Terbanyak, OJK: Cek Legalitas dan Logis Sebelum Pinjam

Rumah pelaku sejarah Gerakan 30 September 1965  itu terletak di Jalan Darma Putra 7 Nomor 12 Arteri Pondok Indah, Jakarta Selatan. Namun bangunan tersebut akan dibongkar paksa oleh Kesatuan Kostrad.
Rendahnya Literasi Keuangan Picu Meningkatnya Korban Pinjol Ilegal


Anak Kapten Noerali, Novie Noerali, mengatakan rumah beserta halaman seluas kurang lebih 860 meter itu adalah pemberian dari mendiang Presiden Soeharto, yang menjadi Panglima Kostrad berpangkat Mayor Jenderal saat Tragedi G 30 S PKI. Ini sebagai balasan atas jasa Noerali, yang dengan berani  masuk ke dalam sumur maut Lubang Buaya untuk turut mengangkat jasad para jenderal dan perwira yang dibunuh massa PKI dan simpatisan mereka.


Menurut Novie,  orang tuanya dulu, setelah perang Dwikora di Irian Barat, seperti kebanyakan tentara lainnya, diberikan pilihan penghargaan oleh Soeharto, yaitu uang untuk membeli rumah atau lahan yang sudah siap untuk dibangun rumah. Orang tuanya memilih sebuah lahan kebun sawit di daerah Kebayoran Lama bersama para prajurit lainnya untuk dibangun rumah.


"Dulu cuma modal gergaji saja, nebas hutan sawit sendiri, bangun dari awal sekitar 50 tahun yang lalu," kata Novie bercerita kepada
VIVA.co.id
, Jumat, 2 Oktober 2015.


Novie mengatakan tanah yang ditinggalinya bersama orang tuanya itu adalah tanah berstatus milik negara. Maka Kostrad tidak berhak mengklaim dan serta merta menyuruh mengosongkan rumah untuk dibangun rumah Dinas Kostrad.


"Ini tanah milik negara, sudah kita cek ke BPN (Badan Pertanahan Nasional), keduanya sama-sama tidak berhak mengklaim," ujarnya.


Keluarga sudah mengirim surat langsung ke Pangkostrad perihal hal ini. Namun, Kostrad tetap bersikeras ingin membongkar paksa rumah ini. Surat peringatan terakhir dilayangkan ke keluarganya pada Jumat pekan lalu.


Namun, dikatakan Novie, baru beberapa jam setelah kurir mengantar surat, rumahnya kedatangan seorang pejabat Kostrad bersama 30 personilnya,dan memperingatkan untuk segera mengosongkan lahan seluas 300 meter yang merupakan bagian dari rumah induk mereka untuk dijadikan rumah dinas.


"Kita diintimidasi. Dia menemui kakak saya, bawa 30 personil, intel. Kalau tidak mau pergi, akan dibongkar paksa," kata dia.


Novie menegaskan ia dan anggota keluarganya akan melawan dan tidak akan menyerahkan rumah mereka ke Kostrad. Ia mengaku sudah dibantu oleh solidaritas keluarga TNI lainnya yang memiliki masalah serupa dengan petinggi TNI, seperti warga di perumahan TNI Rawa Belong, Jakarta Barat.


"Kalau tetap dibongkar akan kita lawan, sudah ada solidaritas dari perumahan TNI yang punya masalah serupa," kata Novie. (ren)



Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya