Mendiang Adik Pramoedya Ternyata Sudah Siapkan Album Lagu

Foto Koesalah Sobagyo Toer dipajang di depan rumah duka.
Sumber :
  • VIVA.co.id / Zahrul Darmawan
VIVA.co.id - Koesalah Soebagyo Toer, adik kandung mendiang sastrawan Pramoedya Ananta Toer, wafat di Depok, Jawa Barat, pada Rabu, 16 Maret 2016. Dia meninggal dunia pada usia 81 tahun setelah dirawat akibat komplikasi penyakit di Rumah Sakit Graha Permata Ibu, Depok.
Kasus Tragedi 1965 Harus Diselesaikan
 
Koesalah dikenal sebagai penulis ulung serupa kakaknya. Tetapi dia juga piawai menulis lirik dan menciptakan lagu. Almarhum bahkan sudah merencanakan meluncurkan album lagu-lagu ciptaannya pada Agustus 2016. Lirik-lirik lagu itu lebih banyak mengisahkan peristiwa dan pengalaman pahit di era tahun 1965, tragedi kelam yang lebih dikenal sebagai G-30S/PKI.
Pesan Terakhir Adik Pramoedya Ananta Toer Sebelum Meninggal
 
"Ada juga liriknya yang mengisahkan tentang kehidupan di penjara," ujar seorang paduan vokal yang menyanyikan lagu itu, Rini Pratsnawati, saat ditemui di rumah duka Koesalah, di Beji, Depok, pada Rabu, 16 Maret 2016.
Kisah Naskah Mahakarya Pramoedya Disimpan di Lubang 'Tinja'
 
Kumpulan lagu-lagu itu sengaja disiapkan untuk memberi pemahaman pada publik di masa-masa sulit tahun 1965, tahun yang dikenal sebagai tragedi kemanusiaan karena banyak pembantaian terhadap warga sipil. Beberapa lagunya berjudul Kupandang Langit dan Moskow di Waktu Malam.
 
Koeslah sempat mendekam di penjara dalam waktu yang cukup lama, sekembalinya dari Moskow. Kala itu dia adalah seorang pelajar terbaik yang dikirim Presiden Sukarno untuk menempuh pendidikan, dengan tujuan sekembalinya dari Moskow, ilmu yang dimiliki bisa dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa.
 
Namun takdir berkata lain. Selang beberapa saat tiba di Tanah Air, Koeslah justru diseret ke penjara Salemba atas tuduhan ikut peregerakan terlarang pada era Orde Baru, di tahun 1965.
 
"Cukup lama kami di penjara. Beliau kemudian dipindah ke penjara di Pulau Buru, Maluku, sampai sekitar tahun 1978. Pada saat itu kita tidak tahu salah kita apa. Pokoknya yang dianggap menentang pemerintah diciduk," ujar Chairul Muhammad, sahabat Almarhum.
 
Setelah keluar dari penjara, Koesalah tetap menekuni hobinya sebagai penerjemah sastra dan penulis. Sosoknya yang sederhana jauh dari kesan mewah dan bersahaja membuatnya memiliki kenangan manis dimata keluarga dan orang terdekat.
 
"Orangnya pendiam, tegas, jujur dan pekerja keras. Dia sangat mencintai bacaan yang bermanfaat,” kata Chairul.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya