Jelang Penertiban, Ratusan Warga Kampung Aquarium Bertahan

Bangunan semi permanen yang masih bertahan di Kampung Akuarium, Rabu, 3 Mei 2017
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Syaefullah

VIVA.co.id – Ratusan warga Kampung Aquarium, Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara masih menempati bangunan semi permanen di atas lahan yang telah digusur pada April 2016.

DKI Ambil Alih Lahan di Kebagusan yang Bolak-balik Diserobot Warga

Pantauan VIVA.co.id, Rabu, 3 Mei 2017, terlihat puluhan bangunan semi permanen yang terbuat dari kayu, triplek, asbes, dan terpal berdiri di lahan itu. Ada juga satu bangunan musala Al-Jihad di lokasi tersebut.

"Masih bertahan ada 163 Kepala Keluarga dari RT01 dan RT 12, RW 04 Kelurahan Penjaringan," kata perwakilan warga, Darma Diani (40) di lokasi Kampung Aquarium Pasar Ikan, Jakarta Utara, Rabu, 3 Mei 2017.

Usai Disidak Risma, Kolong Jembatan Pegangsaan Dibongkar Jadi Taman

Awalnya, Diani menuturkan, warga yang tetap bertahan sejak penggusuran tahun lalu berjumlah 90 kepala keluarga. Mereka tidak mau menerima rusun. Lambat laun warga kembali lagi ke Kampung Aquarium.

"Dengan seiringnya waktu bahwa rusun itu bukan solusi. Ternyata mata pencarian itu jadi masalah bagi mereka di sana, jadi tetap balik lagi ke sini," ujarnya.

Atur Kampung Kumuh, Anies Enggan Janji Tak Relokasi

Diani menyayangkan adanya penggusuran  oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, tahun lalu. Sebab, tidak ada ganti rugi satu rupiah pun kepada warga Kampung Aquarium.

"Padahal KTP kami elektronik, anak kami masih punya akte yang jelas-jelas bikinya dimana. Air, listrik semua daftar secara legal, diakui negara. Jadi agak gimana kalau kami disebut liar," ujarnya.

Jika Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tetap akan melakukan penggusuran, masyarakat setempat akan tetap melakukan perlawanan.

"Kami akan tetap bertahan. Kalau dibilang akan dikembalikan seperti semula, seperti gimana sih, saya saja sudah puluhan tahun di sini," katanya.

Diani meminta kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) agar tetap memperhatikan warga miskin dan tidak asal menggusur.

"Kepentingan kami kan harusnya diperhatikan, jadi kepentingan negara, bukan cuma sekedar tata kota, revitalisasi atau wisata atau gimana tapi kami disingkirkan tanpa perikemanusiaan," katanya. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya