Mantan Teroris Diminta Tidak Didiskriminasi

Diskusi Mengawal Revisi UU Anti Terorisme, di kantor MUI Pusat, Jakarta.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Foe Peace Simbolon

VIVA.co.id – Terorisme saat ini dinilai tidak lagi dikait-kaitkan dengan Timur Tengah. Latar belakang dan motivasi menjadi teroris pun sudah beda dari masa lalu, sehingga butuh penanganan yang berbeda pula. demikian menurut pengamat terorisme, Mustofa B Nahrawardaya.

Kata Tito Soal Revisi UU Terorisme

"Sekarang generasi kelima untuk teroris. Terorisme bukan lagi terkait Timur Tengah. Terorisme sekarang ini sebagian berasal dari mereka yang kecewa terhadap penanganan terorisme," kata Mustofa dalam diskusi tentang "Mengawal Revisi UU Anti Terorisme", di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 30 Mei 2016.

Menurut dia, para pelaku kasus terorisme yang sudah bebas dari masa hukuman ada kemungkinan menjadi teroris lagi. Hal itu, lanjutnya, lantaran mereka tidak sebebas para pelaku kasus lain.

MUI Minta Revisi UU Terorisme Perhatikan Aspek Keadilan

"Susah sekali jadi orang biasa (bagi pelaku terorisme yang bebas). Di penjara sudah dikompori untuk instruksi tertentu. Mereka juga harusnya tidak ditutup mata pencaharian, tidak didiskriminasi, serta tidak dilanggar HAM (hak asasi manusia)-nya," ujar Mustofa.

Lantaran itu, Mustofa minta agar nantinya revisi Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme harus melihat Pancasila.

DPR Ingatkan Terorisme adalah Respons Kegagalan Negara

"UU kalau tidak cocok, tidak enak, jangan dipaksakan. Harus lihat Pancasila, ini ngeri kalau tidak," lanjut dia.

(ren)

Sebuah truk menabrak keramaian Pasar Natal di pusat kota Berlin, Jerman, pada Senin malam waktu setempat.

AS Tawarkan Bantuan Selidiki Teror di Tiga Negara

AS yakin serangan di Turki, Yordania dan Jerman saling berkaitan.

img_title
VIVA.co.id
20 Desember 2016