Mengenang Sam Ratulangi, Pahlawan Nasional Asal Sulut

Makam Pahlawan Nasional Sam Ratulangi.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Agustinus Hari.

VIVA.co.id – Jelang Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-71, makam pahlawan nasional asal Sulawesi Utara, Gerungan Saul Samuel Jacob (GSSJ) Ratulangi atau Sam Ratulangi, yang berlokasi di Kelurahan Wawalintoan, Kecamatan Tondano Barat, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, mulai bersolek.

Panglima TNI Usulkan Doni Monardo Jadi Pahlawan Nasional

Saat VIVA.co.id mengunjungi makam itu, terlihat empat pekerja, satu di antaranya seorang wanita, sedang membersihkan pekarangan makam Sam Ratulangi dengan luas dua hektare tersebut. Mereka mencat makam yang diresmikan tahun 1987 oleh GH Mantik yang kala itu menjabat Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat. Makam Sam Ratulangi ini berbentuk seperti waruga, yakni kubur batu bangsa Minahasa pada zaman megalitik lalu.

“Kami sudah bekerja di sini sejak Senin lalu. Rencananya kami membersihkan dan mencat patung dan makam Sam Ratulangi hingga Sabtu nanti,” ujar Kiven, salah seorang pekerja, akhir pekan lalu.

Sosok Ratu Kalinyamat, Pahlawan Nasional Wanita yang Gagah Berani Melawan Portugis

Setelah bersih-bersih dan pengecatan, kata Kiven, akan dilanjutkan pekerjaan memasang bendera merah putih di seputaran makam.

“Pokoknya sebelum 17 Agustus semua pekerjaan sudah selesai,” katanya.

Cak Imin Ziarah Makam Pahlawan Nasional Kiai As'ad di Situbondo, Ingatkan Resolusi Jihad

Penjaga makam, Refly Pulu (42 tahun), mengatakan bahwa pengelolaan makam Sam Ratulangi awalnya di bawah Kementerian Sosial kemudian dilimpahkan ke Dinas Sosial Sulawesi Utara. Menurutnya, biasanya, saat 17 Agustus banyak organisasi mahasiswa, organisasi masyarakat, dan pelajar mengunjungi makam ini.

“Mereka biasanya melakukan upacara bendera dan merayakan HUT Proklamasi,” ujarnya. Sehingga, kata dia, makam ini setiap bulan selalu dirawat.

“Ada biaya perawatan. Dan setiap tahun direnovasi agar tetap terjaga kondisinya. Sedangkan penjaga diberikan honor Rp2,4 juta per bulan,” kata Refly yang mengaku makam ini dulunya dijaga orangtuanya.

Sejauh ini, kondisi makam keseluruhan terlihat bagus. Berada di perbukitan dengan suasana asri, di tengah sejuknya hawa Kota Tondano, makam ini terawat dengan baik. Jika ke makam ini dan pintunya terkunci, jangan langsung pergi dulu. Penjaga makam tinggal di belakang makam. Dari Kota Manado, butuh berkendara sekitar 90 menit.

Yang menggunakan angkutan umum, makam ini sangat mudah ditemui. Di terminal Karombasan Manado, naik jurusan Tondano. Lalu turun di terminal Tondano, dan hanya berjalan kaki sedikit sudah tiba di makam pesohor Sulawesi Utara ini.

Sam Ratulangi dikenal sebagai pahlawan nasional dari Sulawesi Utara. Ada falsafah Sam Ratulangi yang terkenal yakni si tou timou tumou tou, yang dalam bahasa daerah Minahasa, berarti manusia hidup untuk memanusiakan orang lain. Semboyan Sam Ratulangi ini bisa dijumpai di banyak tempat di Sulawesi Utara.

Nama Sam Ratulangi kini diabadikan menjadi nama bandara dan universitas terkenal di Sulawesi Utara. Juga nama jalan di beberapa tempat. Berdasarkan SK Presiden nomor 590/1961, Sam Ratulangi resmi diangkat sebagai Pahlawan Nasional.

Ia lahir dari pasangan Jozias Ratulangi dan Augustina Gerungan. Setelah menyelesaikan sekolahnya di Tondano dan Batavia (Koningeen Wilhelmina School), Sam Ratulangi melanjutkan studinya di Vrije Universiteit van Amsterdam di Belanda.

Ia lulus sebagai guru ilmu pengetahuan pada tahun 1915, lalu belajar selama dua tahun lagi di Universitas Amsterdam. Pada tahun 1919, Sam Ratulangi memperoleh gelar doktor di bidang fisika dan matematika dari University of Zurich, Swiss.

Sekembalinya ke Indonesia, ia tinggal di Yogyakarta mengajar ilmu pengetahuan di sekolah menengah. Sebelum pindah ke Bandung, ia mendirikan perusahaan Assurantie Maatschappij Indonesia, sebuah perusahaan pertama yang memakai kata "Indonesia" dalam dokumen resminya.

Keterlibatan Sam Ratulangi dalam pergerakan politik semakin nyata ketika diangkat menjadi anggota Volksraad pada 1927 dan terus gigih berjuang bagi persamaan hak, sampai tahun 1937 ketika ia dipenjara karena aktivitas politik.

Setelah keluar dari penjara, Sam Ratulangi lalu menjadi editor of Nationale Commentaren, sebuah majalah berita dan penerbitan berbahasa Belanda. Keberhasilan beliau di bidang pendidikan tidak menjadikannya lupa terhadap tanah kelahiran. Sam Ratulangi kembali dengan bekal ilmu yang dimilikinya guna memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Salah satu perjuangannya yakni dalam menghapuskan kebijakan kerja paksa di Minahasa. Setelah Indonesia merdeka, Sam Ratulangi diangkat sebagai Gubernur pertama Sulawesi Utara. Dia lahir di Tondano 5 November 1890, dan meninggal di Jakarta pada 30 Juni 1949.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya