Jokowi: Unjuk Rasa Berlebihan Habiskan Energi

Presiden Jokowi ketika membuka Kongres ke-XIX PMII
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Fajar Ginanjar Mukti

VIVA.co.id – Presiden Joko Widodo menilai unjuk rasa yang dilakukan secara berlebihan sebagai sesuatu yang tidak produktif. Unjuk rasa yang dimaksud adalah demonstrasi yang melibatkan terlalu banyak peserta, hingga ribuan orang, serta dilaksanakan berulang.

Jokowi Yakin Indonesia Bisa Dapat 61 Persen Saham Freeport Indonesia, Meski Alot Negosiasinya

"Saya katakan terus terang saja. Kalau lihat tiap hari orang demo, ribuan demo, ratusan ribu demo, energi kita habis. Energi kita habis untuk itu," ujar Jokowi saat memberi sambutan ketika membuka Kongres ke-XIX Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di Asrama Haji Palu, Sulawesi Tengah, Selasa, 16 Mei 2017.

Sementara pada saat yang sama, Jokowi melanjutkan, sejumlah orang di negara lain sedang melakukan sesuatu yang produktif. Menurut Jokowi, sesuatu yang produktif itu tidak sekadar pekerjaan yang menghasilkan keuntungan secara ekonomi, namun juga bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Gus Miftah Curiga Jokowi Pilih Bahlil Lahadalia Jadi Menteri Karena Lucu, Bukan Prestasi

Jokowi lantas menyebutkan sejumlah nama. Di antaranya Elon Musk, pendiri Tesla Technologies yang mengembangkan mobil listrik Tesla, konsep transportasi Hyperloop, hingga perusahaan ruang angkasa SpaceX.

Jokowi juga menyebutkan Jack Ma, pendiri perusahaan perdagangan dalam jaringan, Ali Baba, yang mengembangkan teknologi pembayaran elektronik Alipay.

Jokowi Tegaskan Freeport Bukan Milik Amerika Lagi, tapi Indonesia

"Orang lain sudah berpikir tentang SpaceX, Tesla, hyperloop, Alipay, kita masih urus-urus seperti ini," ujar Jokowi.

Selain mengkritik kebiasaan berunjuk rasa secara berlebihan, Jokowi juga menyoroti hal lain yang dinilai tidak kalah kontra-produktif, yaitu kesenangan antara sejumlah orang untuk saling menghujat, menjelekkan, serta memfitnah. 

Padahal, Jokowi mengingatkan, kesenangan seperti itu adalah hal buruk yang bisa menyebabkan bangsa Indonesia terpecah sehingga menghambat kemajuan negara.

Secara khusus, Jokowi minta kepada kader PMII untuk tidak terseret melakukan kebiasaan-kebiasaan kontra-produktif. Meski merupakan sebuah organisasi pergerakan, Jokowi menilai PMII tidak sekadar menghasilkan kader yang menjadi politisi, namun bisa berkontribusi secara lebih nyata untuk kemajuan bangsa.

"Kita tahu, PMII anaknya pintar. Mahasiswa yang pintar-pintar, anak muda yang pintar-pintar. Inilah yang harus kita bawa. Jangan semuanya main ke politik semuanya," ujarnya. 

"PMII arahkan energi itu sebagian besar ke gagasan-gagasan besar, gagasan-gagasan ekonomi untuk sejahteranya bangsa ini." (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya