Harimau yang Meneror Warga Agam Diperkirakan Lebih Seekor

Warga di Kabupaten Agam Sumatera Barat menunjukkan jejak Harimau Sumatera yang menyerang ternak warga, Sabtu (10/6/2017)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Andri Mardiansyah

VIVA.co.id - Harimau yang meneror warga satu kampung di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, diperkirakan lebih dari satu ekor. Pasalnya, ditemukan dua jejak kaki berbeda ukuran yang ditengarai dari harimau Sumatera.

Tiga Bayi Harimau Sumatera Lahir di Amerika Serikat, Susi Pudjiastuti: Regenerasi di Medan Mati 3

"Kita menduga, harimau yang menyerang ternak warga lebih dari satu. Ini dilihat dari temuan dua jejak kaki dengan ukuran berbeda," kata Jusmar, Pejabat Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan pada Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Bukittinggi, ketika dihubungi melalui komunikasi telepon pada Senin, 12 Juni 2017.

Jika diamati dari ukuran jejak kaki, harimau-harimau itu diperkirakan masing-masing berusia satu-dua tahun dan lima tahun. Hewan buas yang dilindungi itu diduga tengah belajar berburu, mengingat fase umurnya masih tahap belajar berburu dan berpisah dari induknya.

Diduga Terkam 2 Warga di Langkat, Harimau yang Baru Dilepasliarkan Ditangkap Lagi

BKSDA mengimbau warga yang tinggal di permukiman sekitar untuk meningkatkan kewaspadaan dan menjahui kawasan pinggiran hutan. Karena, biasanya fase berburu harimau akan memangsa apa saja yang terlihat. Harimau dalam fase itu sangat berbahaya bagi warga.

BKSDA juga memperkirakan harimau itu yang memangsa ternak dan meneror warga di Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, pada Maret 2017. Tiga belas ternak warga dimangsa: 12 kerbau dan seekor kambing.

20 Polisi Ikut Perburuan Harimau Sumatera yang Terkam Warga Lampung Barat

Diusir

Sebagai bentuk antisipasi awal, BKSDA Bukittinggi dan warga setempat setiap malam membunyikan meriam bambu yang diisi minyak tanah dan karbit agar mengeluarkan suara letusan keras. Harimau biasanya lari jika mendengar suara letupan keras. Sejauh ini, langkah itu dianggap jitu.

Aparat dan warga juga berpatroli dan ronda setiap malam untuk mencegah harimau-harimau itu masuk ke perkampungan dan kembali memangsa ternak warga.

Petugas BKSDA belum menggunakan senjata api (senpi) atau senjata tajam lain untuk perlengkapan patroli sebagai antisipasi pertahanan diri. Petugas belum mendapatkan izin untuk itu. "Jika nanti surat izin senpi sudah keluar, kita akan patroli kembali ke dalam hutan. Pemakaian senpi ini hanya untuk berjaga-jaga saja," kata Jusmar.

Memangsa ternak

Warga Jorong Pandam Gadang Ranggo Malai (PGRM) Nagari Gaduik, Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam, cemas sejak Rabu, 7 Juni 2017. Soalnya mereka menemukan jejak harimau di sejumlah titik di pinggiran hutan setempat.

Sedikitnya 12 kerbau milik warga setempat dimangsa satwa liar dengan nama latin Panthera tigris Sumatrae itu. Seekor kerbau mati, tiga ekor hilang, dan 8 ekor luka parah bekas gigitan di bagian kaki, leher, dan punggung. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya