'Uji Nyali' Keliling Kantor Polisi Peninggalan Belanda

Arsitektur Belanda jadi ciri khas Polrestabes Surabaya
Sumber :
  • VIVA.co.id / Bayu Januar

VIVA.co.id – Melihat sebuah markas kepolisian sepertinya menjadi hal yang menakutkan dan terkesan mengerikan. Namun, hal itu tidak terjadi jika melihat Markas Polres Kota Besar (Mapolrestabes) Surabaya.

Waduh, Densus 88 Tangkap Teroris yang Ngumpet di Kantor Polisi

Dalam kunjungan reporter VIVA.co.id ke Mapolrestabes Surabaya, tidak ada nuansa mengerikan dan menakutkan. Perasaan kagum dan seperti berada di museum menjadi hal yang terlintas saat pertama kali melihat gedung kantor polisi ini tampak depan.

Mapolrestabes Surabaya merupakan salah satu bangunan tua peninggalan Belanda di Surabaya. Gedung yang unik dan klasik dengan bergaya arsitektur zaman Belanda sudah terlihat dari bangunan yang terletak di Jalan Sikatan.

Sebelum Posting Seruan Lawan Densus, Polri Sebut AW Konsumsi Obat

Tampak depan, bangunan klasik bernuansa Belanda tidak diubah. Di pintu masuk ada tulisan 'Politie' yang berarti polisi. Lalu, ada juga tulisan 'Hoofdcommissariaat' yang berarti Markas Besar.

VIVA.co.id berkesempatan menanyakan lebih lanjut perihal bangunan tersebut kepada Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Mohammad Iqbal. Bahkan berkeliling melihat beberapa koleksi yang ada di kantornya.

Kantor Polisi Dikira Kafe, dan Motor Yamaha Rp27 Jutaan

Menurut Iqbal, pengembalian wujud asli bangunan Polrestabes Surabaya dimulai saat Brigadir Jenderal Yan Fitri Halimansyah menjabat sebagai kapolrestabes Surabaya. Saat itu dilakukan perombakan total terhadap bangunan bagian depan yang merupakan cagar budaya.

Beberapa ornamen bangunan disingkirkan dan dihilangkan agar bangunan kembali ke wujud asalnya. Dari situ, Yan Fitri menjadikan bangunan bagian depan Polrestabes sebagai museum hidup, sebuah museum yang bangunannya masih dipergunakan untuk beraktivitas. 

Hal ini berlanjut saat Iqbal menjabat sebagai Kapolrestabes Surabaya. Iqbal berusaha meneruskan dan menyempurnakan apa yang telah dimulai Yan Fitri. Restorasi ini masih berlangsung. Berangsur-angsur, wujud Polrestabes Surabaya yang pada zaman perjuangan disebut Hoofdbureau ini mulai terlihat.

"Saya bukan pencetus, saya follower. Pencetusnya Pak Yan Fitri. Mungkin karena waktu beliau singkat, saya meneruskan. Saya buka, semua saya ekspose, saya cat putih, kayu, dan lantai saya kembalikan," ujar Iqbal kepada VIVA.co.id, Rabu, 14Juni 2017.

Iqbal mengatakan, mustahil untuk membuat persis antara bangunan lama dan yang baru. Yang bisa dilakukan hanyalah mendekati atau semirip mungkin. Yang sudah dilakukan Iqbal adalah mengecat bagian luar bangunan seluruhnya dengan cat putih. Sebelumnya ada kombinasi cat hitam dan merah.

Kemudian untuk atap, Iqbal menjebol semua plafon yang menutupi bagian atas bangunan. Sekarang ini, atap bangunan utama terlihat lebih tinggi dan menjulang karena tak ada yang menghalangi.

Yang terlihat adalah kayu-kayu jati berwarna cokelat sebagai penopang atap. Udara di ruangan pun relatif lebih sejuk karena tingginya atap yang mencapai lebih dari empat meter.

Hal lain yang diubah Iqbal adalah penggantian keramik yang ada di museum hidup. Keramik yang dulu berwarna terang, diganti dengan keramik berwarna cokelat bermotif. Penggantian warna keramik itu membuat ruangan lebih teduh. 

"Tapi kayu, pintu, dan kusen masih sesuai aslinya," kata Iqbal.

Iqbal juga mengubah pencahayaan di museum hidup dengan lampu berwarna putih, sehingga lebih terang. Sebelumnya, pencahayaan museum hidup diterangi oleh cahaya temaram. Terangnya cahaya putih disambut oleh teduhnya warna cokelat keramik, sehingga tak menyilaukan pandangan.

Kemudian, museum hidup yang ada di tengah ruangan kini tak lagi dijejali berbagai barang sejarah, tapi hanya beberapa peralatan yang dulu digunakan kepolisian dahulu, yaitu mesin tik, alat penyadap dan beberapa alat lainnya.

Iqbal mengeluarkan sebagian benda bersejarah itu. Sebagai gantinya, sebuah sofa berwarna cokelat diletakkan di bagian samping kanan dari ruangan. Benda bersejarah yang dikeluarkan kini ditempatkan di bagian luar museum hidup atau di ruang tunggu pengunjung.

"Ada kursi pengunjung agar pengunjung bisa duduk santai di situ. Barang dikeluarkan sebagian agar museumnya tidak hanya terbatas di situ. Begitu masuk, sudah ada museum, sudah melihat barang bersejarah," katanya.

Benda antik peninggalan Belanda di Markas Polrestabes Surabaya

Perpaduan antara atap, keramik, dan sofa cokelat membuat suasana menjadi lebih vintage, lebih klasik, dan lebih kuno. Bukan tanpa alasan Iqbal memasang benda dominasi warna cokelat.

"Saya kan pernah sekolah di Belanda satu tahun. Saya tahu persis tidak ada (bangunan bersejarah) di Belanda itu warna merah kuning, tidak ada," kata mantan kabid Humas Polda Metro Jaya ini.

Iqbal menuturkan, restorasi yang dilakukan sudah mendekati 65 persen. Yang kurang menurut Iqbal adalah sejumlah lemari display dan sepeda motor zaman Belanda yang akan di-display.

Ia pun menyebut, gedung Mapolrestabes Surabaya sudah ditetapkan sebagai cagar budaya pada 2015. Menurutnya, restorasi bangunan yang bergaya klasik dan seperti museum adalah upaya dirinya untuk mendekatkan diri ke masyarakat.

"Saya ingin kantor ini dimiliki masyarakat karena ini bagian mendekatkan diri kepada masyarakat. Bagaimana polisi menjadi bagian masyarakat," ujarnya.

Mantan kapolres Jakarta Utara ini juga mengatakan, setiap harinya masyarakat diperbolehkan berkunjung ke Mapolrestabes Surabaya untuk melihat koleksi yang ada di dalam gedung.

"Kami ada beberapa guide yang menjelaskan sejarah isi dan bangunan," katanya.

Lalu, di ruangan lainnya, tampak beberapa para pejabat terdahulu yang memimpin Polrestabes sebelum Iqbal. Bahkan, ada dua jenderal yang dahulu pernah memimpin kota yang dijuluki Kota Pahlawan tersebut.

"Mantan Kapolri Jenderal Sutarman dan Mantan Kepala BNN serta Kabareskrim Pak Anang Iskandar pernah berdinas di sini," kata Iqbal sambil menunjukkan sebuah lemari dengan seragam dua seniornya tersebut.

Lalu, tak jauh dari sana, ada sebuah ruangan yang menjadi perhatian, yakni ruangan dengan nama Komjen Pol (Purn) M Jasin yang dijuluki Bapak Brimob Indonesia.

"Ini nanti akan dirapikan dan menjadi koleksi yang ada di sini," ucapnya.

Iqbal pun menjelaskan, penjara bawah tanah peninggalan zaman Belanda pun masih ada di bawah bangunan. Namun, penjara tersebut tidak terpakai karena tidak mungkin digunakan.

"Sirkulasi udaranya sangat minim sehingga membahayakan. Makanya tidak digunakan tapi masih ada," katanya.

Ruang selanjutnya adalah tentu ruangan kerja Iqbal, tampak ruangan yang cukup terawat ini cukup nyaman dan luas. Tampak meja kerja Iqbal dan sofa untuk para tamu ditata dengan baik dengan perpaduan cat berwarna putih. "Ini baru sekitar sebulan direnovasi," ujarnya.

Kemudian dalam ruangan tersebut, tampak ada beberapa kamera pengawas atau CCTV yang melihat sudut-sudut kota Surabaya.

"Ini ada ribuan CCTV dan saya bisa lihat setiap daerah di Surabaya. Ini bekerja sama dengan pemkot, dishub, dan Kominfo," katanya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya