Polisi Mengaku Sulit Deteksi Gerakan Teroris Individual

Densus 88 Antiteror memeriksa rumah kontrakan tempat terjadi ledakan Bom Panci di Kelurahan Sekejati, Buah Batu, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (8/7/2017).
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Agus Bebeng

VIVA.co.id – Kepolisian mengakui kesulitan melacak dan mendeteksi gerakan pelaku teror individual alias lone wolf. Aksi teror mereka yang tak terorganisir ini cenderung tak menentu, sehingga sulit diprediksi.

Bantu Perangi Terorisme di Afrika, Adakah Niat Terselubung Amerika?

"Lone wolf ini bergerak sendiri, tujuannya tidak tentu. Beda dengan mereka yang masuk ke dalam satu jaringan yang bisa kita maping oleh tim Densus," ujar Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat, Kombes Pol Yusri Yunus, Selasa 11 Juli 2017.

Karena itu, lanjut Yusri, kepolisian kini terpaksa mengamankan seluruh lapisan. Salah satu yang jadi prioritas adalah ruang publik dan lingkungan internal kepolisian.

Siswa SMA Buat Prank Teror Bom Koja Trade Mall Bawa Nama Noordin M Top Saat Kelas Berlangsung

Sebabnya, pelaku teror individu sangat mudah masuk ke berbagai area dan lokasi. "Untuk internal dengan pengamanan berlapis dan penebalan kekuatan di markas," ujar Yusri.

Di luar itu, Yusri mengaku jika saat ini kepolisian telah mendapat dukungan dari TNI dan sejumlah pihak untuk berpatroli di tempat yang dianggap rawan aksi teror.

Polisi Tangkap 6 Siswa SMA yang Prank Teror Bom Koja Trade Mall Bawa Nama Noordin M Top

Baru-baru ini, Densus 88 Antiteror mengamankan seorang pria bernama Agus Wiguna usai sebuah bom rakitannya meledak di kediamannya di Kubang Bereum Kota Bandung, Sabtu, 8 Juli 2017.

Lelaki ini diketahui tak berafiliasi dengan kelompok teror apa pun namun ia merencanakan akan meledakkan tiga tempat di Kota Bandung, yakni sebuah Kafe Bali di Jalan Braga, rumah makan Celeng di Astana Anyar dan sebuah gereja di kawasan Buah Batu.

Dengan tertangkapnya Agus, akhirnya menambah deretan sejumlah orang yang telah diamankan atas aksi teror mereka. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya