Perangi Teroris Marawi, RI-Filipina Belum Butuh Bantuan AS

Militer Filipina berjaga-jaga di kota Marawi pasca penyerangan oleh kelompok teror ISIS.
Sumber :
  • Reuters/Erick de Castro

VIVA.co.id – Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan RI Wiranto memastikan isu terorisme telah menjadi perhatian seluruh negara di dunia, termasuk negara adidaya Amerika Serikat.

Bantu Perangi Terorisme di Afrika, Adakah Niat Terselubung Amerika?

Karena jaringan teroris ada dimana-mana sehingga butuh kerja sama semua negara untuk mengatasinya, bukan single state. Namun, untuk mengatasi aksi-aksi terorisme di kawasan Asia Tenggara, Wiranto memandang belum butuh campur tangan barat.

"Soal perlu tidaknya kami negara-negara yang punya kepentingan dengan teroris di perairan Sulu melibatkan Amerika Serikat, kami sepakat belum," kata Wiranto di Manado, Sabtu, 29 Juli 2017.

Pemkab Tangerang Benarkan PNS Mereka Ditangkap Densus

Saat pertemuan dengan Jaksa Agung Australia, George Brandis, para Januari dan Maret 2017 lalu, sepakat lebih dahulu memfokuskan pada negara-negara yang berkepentingan langsung di perairan Sulu yang memiliki ancaman baru di Filipina Selatan.

"Sehingga sekali lagi, pertemuan di Manado ini kita belum melibatkan Amerika Serikat," ujarnya.

IDI Sukoharjo Minta Kasus Sunardi Tak Dikaitan dengan Profesi Dokter

Selain itu, Wiranto menyadari kemajuan teknologi dan perkembangan media sosial telah dimanfaatkan bagi kelompok teroris di dunia untuk saling berkomunikasi, berbagi informasi.

"Kita tahu cyber teknologi sangat maju dengan pesat. Selain punya keuntungan tak bisa dimungkiri ternyata juga jadi wadah bagi teroris saling belajar perang," ujarnya.

Menurut Wiranto, media sosial ternyata digunakan teroris melakukan cuci otak, mengajak latihan perang atau memberikan satu cara-cara berperang dan bertempur.

"Nah dalam pertemuan antara RI dan lima negara di Manado, salah satu poin penting dan keputusan bersama adalah melakukan dorongan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang memberikan layanan media sosial, video file sharing dan messaging," ungkap mantan Panglima ABRI ini.

Intinya, kata dia, kerja sama dengan perusahan media sosial seperti Facebook, WhatsApp, Twitter dan lain sebagainya, untuk menangkal gerak-gerik teroris dan bertukar informasi, sangat strategis dan penting segera dilakukan.

"Atau katakanlah berbagai pengalaman bagaimana menghadapi teroris yang menggunakan media sosial sebagai wadah perjuangan mereka. Itulah sebabnya penting bekerjasama dengan perusahaan media sosial," katanya. 

Diketahui, Sabtu 29 Juli 2017 kemarin di Manado, Sulut, berlangsung pertemuan internasional memerangi teroris, yang dihadiri para menteri dan pejabat tinggi dari Australia, Brunei Darussalam, Filipina, Malaysia, Selandia Baru dan Indonesia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya