Dikira Santet, Kanker Payudara Neneng Akhirnya Membusuk

Neneng Safitri (33) menunjukkan luka membusuk akibat kanker payudara yang dideritanya sejak setahun lalu. Karena tak memiliki uang ia hanya bisa menahan sakit, Kamis (3/8/2017)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Yandhi Deslatama

VIVA.co.id – Tanpa malu, Neneng menyingkap bajunya dan menunjukkan luka menganga yang dalam kondisi nyaris busuk di dadanya. Setahun sudah kanker payudara menggerogoti ibu dua anak ini.

Informal Workers Receive Social Security Assistance from Radjak Hospital Salemba

Ketiadaan biaya dan jaminan kesehatan memaksa Neneng bertahan dengan mengkonsumsi obat pereda nyeri yang banyak dijual di warung-warung. "Kalau nyut-nyutan minum obat warung," ujar wanita berusia 33 tahun ini didampingi dua putranya, Kamis, 3 Agustus 2017.

Warga RT 3 RW 1 Desa Kramatwatu Kabupaten Serang Banten ini mengaku awalnya mengira penyakit yang menyerang payudaranya adalah teluh atau santet. Karena itu, ia pun memilih tidak menggunakan jasa medis.

Tinjau RSUD Sibuhuan, Jokowi Pastikan Pelayanan Kesehatan Optimal

Sejumlah kiai dan dukun pun didatangi Neneng. Namun demikian, mereka angkat tangan dan menyarankan Neneng ke dokter. "Udah dibawa berobat ke mana aja nggak berhasil. Ke dokter harus butuh dana, harus dioperasi. BPJS nggak punya," ujar Neneng.

Kondisi keluarga Neneng saat ini memang memprihatinkan. Empat anggota keluarganya, Neneng, dua anak lelaki dan suaminya Hendra Setiawan (36), tinggal di sebuah kontrakan berukuran 3x5 meter.

Angka Kasus Penyakit Ginjal Makin Meningkat, Sedot Dana BPJS Hingga Rp2,9 T

Keseharian Hendra yang hanya sebagai buruh lepas dengan penghasilan Rp35 ribu per hari pun menyulitkan Neneng dan keluarga untuk kebutuhan harian. Biaya obat saja setidaknya dibutuhkan uang hingga Rp400 ribu, sementara kontrakan mereka juga seharga itu.

"Keinginan pengen sembuh, tapi siapa yang ngebantu," keluh Neneng.

Kini, Neneng hanya berharap ada uluran dermawan untuk meringankan beban mereka. Kedua putranya, Ardiansyah Maulana (9) dan Arpan Herdiansyah (8), bahkan kini telah putus sekolah karena ketiadaan biaya.

Sementara kondisi Neneng terus memburuk. "Udah enggak bisa gerak, nyuci, ngepel masak anak-anak yang ngerjain. Makan juga disuapin kalau lagi parah mah," ujarnya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya