Presiden MK se-Afrika Kagum Toleransi Etnis di Indonesia

Pertemuan Mahkamah Konstitusi se-Asia
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id – Presiden Mahkamah Konstitusi (MK) se-Afrika (Conference of Constitutional Jurisdiction of Afrika) Mogoeng Mogoeng mengatakan, perkembangan demokrasi di Afrika relatif lebih muda dibanding Indonesia. Namun, ia memuji keragaman suku yang ada di Indonesia.

MK Tolak Eksepsi Tim Jokowi soal Berkas Gugatan Baru Prabowo

"Coba pikirkan, sejumlah suku, beragam suku yang Indonesia punya, mereka tidak membunuh satu sama lain, tidak berkelahi satu sama lain setiap harinya. Indonesia menawarkan hal itu. Afrika itu lebih muda dalam berdemokrasi dibanding Indonesia," kata Mogoeng di Hotel Alila, Solo, Rabu, 9 Agustus 2017.

Mogoeng menerangkan, di Afrika masih ada permasalahan suku dan ras yang kental. Persoalan bahasa yang banyak juga menjadikan negara-negara di Afrika masih belajar dalam berdemokrasi.

Tim Hukum Prabowo Singgung Biaya Fotokopi Berperkara di MK Miliaran

"Masih ada permasalahan ras, kulit putih dan kulit hitam di Afrika. Indonesia mempunyai rujukan yang kami butuhkan untuk menyelesaikan masalah kami terkait permasalahan ras, etnis yang kami punya. Termasuk persoalan bahasa yang lebih dominan dibanding yang lain," terang Mogoeng, yang juga Ketua MK Afrika Selatan itu.

Atas alasan itu semua yang membuat MK se-Afrika menjalin kerja sama dengan MK se-Asia. Kerja sama itu akan menguntungkan kedua belah pihak dalam menyelesaikan persoalan-persoalan demokrasi yang semakin kompleks.

Polri Ungkap Estimasi Massa Aksi MK yang Turun ke Jalan

"Bagaimana mereka bisa menyelesaikan pengalaman masalah mereka, sehingga Afrika mendapat keuntungan dari Asia dan Asia mendapat keuntungan juga dari Afrika," ucap Mogoeng.

Mogoeng berharap, adanya sekretariat bersama yang dipunyai oleh MK se-Asia dapat menguatkan kerja sama dengan asosiasi yang dipimpinnya. Keduanya dapat berbagi terkait dengan masalah-masalah ketatanegaraan kontemporer.

"Saya berharap, khususnya mengenai tiga sekretariat bersama yang dipunyai oleh AAAC dan sekretariat CCJA, dapat bekerja sama untuk sharing terkait banyak topik dan mengembangkan organisasi. Melakukan apa yang harus diselesaikan, menguatkan demokrasi, untuk MK dan kehidupan masyarakat yang lebih baik," jelasnya.

Diketahui, dalam kegiatan simposium internasional ini, MK se-Asia dan MK se-Afrika menandatangani perjanjian kerja sama. Kedua asosiasi tersebut sepakat meningkatkan koordinasi antarlembaga. Kesepakatan itu langsung ditandatangani Presiden MK Se-Asia sebelumnya, Arief Hidayat, dan Presiden MK se-Afrika. (Webtorial)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya