Ketika Jokowi Singgung Raisa dan Bella 'Dikuasai Asing'

Orasi Ilmiah Presiden Jokowi
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Arif Firmansyah

VIVA.co.id - Presiden Joko Widodo menyampaikan orasi ilmiah dalam rangka Dies Natalis ke-60 Universitas Padjadjaran, pada Senin, 11 September 2017, di Bandung, Jawa Barat. Salah satu yang disinggung, media sosial.

Jokowi Sempat Malu karena Indonesia Belum Jadi Anggota Penuh FATF

Salah satu kehebohan warganet (nitizen) yang turut diangkat oleh Jokowi adalah cuitan Indonesia dikuasai asing. Maksudnya, bukan soal sumber daya alam atau yang lain, melainkan sejumlah artis.

Belakangan memang heboh, saat artis cantik Raisa menikah dengan Hamish Daud, yang merupakan warga negara Australia. Muncul cuitan di media sosial, kalau Raisa dikuasai asing. Apalagi, artis cantik lainnya yakni Laudya Cynthia Bella menikah dengan Engku Emran, yang tak lain adalah warga Malaysia. Bahkan, lanjut Jokowi, persoalan Raisa dan Bella itu, sampai di-mention ke akun pribadinya.

Pemerintah Bakal Tambah Saham di Freeport Indonesia Jadi 61 Persen, Begini Penjelasan Tony Wenas

"Ini (Raisa) aset Indonesia suaminya Australia," ujar Jokowi, seperti yang diungkapkan oleh Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin, Senin 11 September 2017.

Dengan media sosial, semua bisa berkomunikasi dengan siapa pun. Termasuk soal Raisa dan Bella yang 'dikuasai asing' itu, sampai ke dirinya. "Inilah keterbukaan yang kita hadapi dan harus siap," lanjut Jokowi.

Antre Open House Jokowi Sempat Ricuh, Istana Minta Maaf

Terkait penggunaan media sosial, Jokowi kembali menekankan pentingnya menggunakan ini dengan baik. Tidak menjadi bahan fitnah dan menyebar berita hoax atau tidak benar.

"Yang jelek-jelek, fitnah harus kita hentikan, medsos dipakai untuk hal positif," kata Jokowi.

Perkembangan media sosial juga adalah wujud dari terjadinya perubahan global. Maka semua harus siap. Lingkungan kampus, menurut Jokowi, yang harus lebih siap dalam mengantisipasi perubahan-perubahan tersebut. Sebab, tidak bisa hanya mengandalkan negara. Karena media sosial, tidak bisa dikendalikan termasuk oleh negara.

"Negara-negara bisa mengendalikan medianya (konvensional), tapi tidak bisa mengendalikan media sosial. Tidak bisa! Semua mengatakan kepada saya," ujar Jokowi.

Namun, kadang dengan media sosial, banyak yang tidak mencoba untuk tabayyun atau mencari tahu kebenaran. Banyak yang menerima informasi mentah-mentah, tanpa mengecek apakah informasi itu benar atau sebaliknya.

"Akibatnya apa? Masyarakat mudah emosional. Ada apa-apa sedikit, langsung ditanggapi. Padahal informasi itu belum tentu betul," tutur Jokowi. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya