Usman Hamid: Kericuhan di YLBHI Picu Perpecahan Sosial

Aksi massa di depan kantor LBH/YLBHI Jakarta, Minggu, 17 September 2017 malam.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

VIVA.co.id – Ketua Bidang Advokasi Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia atau YLBHI, Muhammad Isnur, menegaskan acara yang diselenggarakan oleh para aktivis pegiat HAM yang berlangsung pada hari Sabtu, 16 September hingga Minggu 17 September 2017 di gedung YLBHI/LBH Jakarta tidak terkait dengan isu komunis seperti yang dituduhkan sekelompok orang yang ingin membubarkan paksa kegiatan tersebut pada Minggu malam.

Cek Fakta: Video PKI Dukung Anies

"Jadi tidak benar itu ada acara PKI. Kemarin itu kita menggelar acara pentas seni budaya dengan tema 'Asik-Asik Aksi'. Acara itu adalah acara menyikapi acara sehari sebelumnya dimana teman-teman yang mengadakan seminar sejarah dibubarkan oleh polisi," kata Muhammad Isnur di kantor Komnas Perempuan, Jakarta Pusat, Senin 18 September 2017.

Ia menambahkan, dalam acara tersebut baik yang diselenggarakan pada hari Sabtu maupun Minggu sore, pihaknya sudah berkoordinasi dengan aparat penegak hukum. Namun sayangnya, lanjut Isnur, acara yang seharusnya menghadiri sejumlah tokoh seperti Ketua Komnas HAM dan Anggota Wantimpres Sidarto Danusubroto berujung pada pengepungan serta pembubaran paksa yang dilakukan oleh ratusan orang yang mengatasnamakan masyarakat antikomunis atau PKI.

Keturunan PKI Boleh Masuk TNI, Begini Penjelasan Jenderal Andika Perkasa

"Seperti sehari sebelumnya juga sama di acara seminar juga kepolisian juga mengetahui acara itu, Jadi kami sejak Jumat itu sudah berkoordinasi dengan Intel Intel Polda dan intinya mereka tidak masalah dengan acara itu karena konsepnya diskusi seminar dan lain-lain gitu," ujarnya.

Aktivis Hak Asasi Manusia, Usman Hamid, menilai serangan kantor YLBHI ingin menimbulkan perpecahan sosial. "Saya kira ini digunakan untuk menstigma kelompok kritis dan mungkin menimbulkan perpecahan sosial. Yang dilakukan kelompok itu," kata Usman kepada VIVA.co.id, Senin 18 September 2017.

Mahfud MD Tegaskan Presiden Jokowi Tidak Pernah Meminta Maaf ke PKI

Namun ia enggan berspekulasi berasal dari kelompok yang menyerang YLBHI pada Minggu 17 September malam tadi. Ia meminta pihak kepolisian mengusut kasus ini dan menangkap para pelaku yang menjadi provokator dalam kericuhan tersebut. Sebab, dalam kejadian tersebut ada perusakan dan kekerasan terhadap petugas.

"Yah pelakunya harus ditangkap. Mereka melakukan kekerasan melukai aparat, merusak kaca kantor LBH dengan melempar batu," ujar pria yang menjabat sebagai Direktur Amnesty Internasional Indonesia tersebut.

Terlepas dari permasalahan yang disangkakan kepada YLBHI menggelar diskusi tentang PKI, Ia menyebut sudah menjadi hak warga negara menggelar diskusi apapun. "Yang pasti setiap orang mempunyai hak untuk menggelar sebuah diskusi apalagi ditempat sendiri. Ini apapun temanya sebenarnya bukan jadi masalah," katanya.

Diketahui sebelumnya, malam tadi telah terjadi aksi pengepungan serta penyerangan terhadap sejumlah aktivis pegiat HAM di kantor LBH Jakarta.

Masyarakat Antikomunis

Aksi penyerangan tersebut dilakukan oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan masyarakat Antikomunis. Sebelum melakukan penyerangan, ratusan orang yang mengepung kantor LBH Jakarta yang berlokasi di Jalan Diponegoro, Salemba Jakarta Pusat itu sempat meneriakan yel-yel 'Ganyang PKI-Ganyang PKI'

Ratusan masa yang masih belum jelas datang dari mana itu sempat memaksa masuk ke dalam gedung yang LBH Jakarta untuk membubarkan acara pentas seni budaya bertemakan Asik-Asik Aksi yang diselenggarakan oleh para aktivis pegiat HAM pada Minggu malam.

Aksi memaksa masuk gedung LBH Jakarta pun berhasil dihalau oleh aparat kepolisian, dan bentrok fisik pun tak terhindarkan. Dalam insiden tersebut tercatat, sejumlah fasilitas gedung mengalami kerusakan yang cukup parah akibat lemparan batu dari masa. Sejumlah aparat polisi pun terluka akibat bentrokan fisik tersebut. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya