Terus Bertambah, Pengungsi Gunung Agung Lebih 34 Ribu Jiwa

Sejumlah pengungsi letusan Gunung Agung berada di posko pengungsian Desa Les, Kabupaten Buleleng, Bali, Minggu (24/9).
Sumber :
  • ANTARA/Wira Suryantala

VIVA.co.id – Jumlah pengungsi imbas dari aktivitas vulkanik Gunung Agung terus bertambah seiring dengan laporan ke Pusdalops BPBD Provinsi Bali dari berbagai titik pengungsian. Data sementara jumlah pengungsi sekitar Gunung Agung mencapai 34.931 jiwa.

Pendaki Lansia Ditemukan Tewas di Puncak Gunung Agung, Jasad Ditemukan WNA

Dari laporan tersebut, pengungsi tersebar di 238 titik pengungsian di 7 kabupaten di Bali. Diperkirakan jumlah pengungsi akan terus bertambah karena belum semua terdaftar. Bahkan ada sebagian masyarakat yang mengungsi keluar Pulau Bali.

"Pendataan terus dilakukan oleh Pusdalops BPBD Provinsi Bali selaku institusi yang berwenang mengeluarkan data pengungsi secara resmi. Data itu data kemarin, Minggu, 24 September 2017 hingga pukul 12.00 WITA," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangannya, Senin, 25 September 2017.

Merugi, Seluruh Outlet Toko Buku Gunung Agung Bakal Ditutup Akhir 2023

Dijelaskan Sutopo, sebaran dari 34.931 jiwa pengungsi yang tersebar di 238 titik pengungsian adalah di Kabupaten Badung 3 titik (328 jiwa), Kabupaten Bangli 23 titik (2.883 jiwa), Kabupaten Buleleng 13 titik (4.649 jiwa), Kabupaten Denpasar 5 titik (297 jiwa).

Kemudian, ada Kabupaten Giayar 12 titik (161 jiwa), Kabupaten Karangasem 81 titik (15.129 jiwa), dan Kabupaten Klungkung 101 titik (11.484 jiwa). Banyaknya titik pengungsian yang menyebar menyebabkan kendala dalam distribusi bantuan logistik. Namun, banyak titik pengungsian yang hanya berisi kurang dari 10 jiwa pengungsi.

Netizen Geram Lihat Tingkah Bule Lepas Celana Pamer Alat Kelamin di Puncak Gunung Agung Bali

Sementara, Gubernur Bali Made Mangku Pastika sebelumnya sudah memerintahkan agar pengungsi yang sedikit jumlahnya dapat digabung di satu tempat dengan jumlah sekitar 200 jiwa per titik pengungsian nantinya.

Jumlah pengungsi sering berubah. Pada siang hari sebagian warga kembali ke rumah untuk memberikan makan ternaknya. Pada sore atau malam, pengungsi kembali ke tempat pengungsian lagi. Masih banyak ternak yang belum dievakuasi ke tempat pengungsian ternak atau dikumpulkan di satu tempat aman karena keterbatasan data, sarana dan prasarana untuk evakuasi ternak.

"Prioritas utama evakuasi adalah masyarakat. Penanganan ternak akan ditangani oleh Dinas Peternakan Kabupaten dan bekerjasama dengan Dinas Peternakan Provinsi Bali. Penanganan ternak ini akan ditangani satgas khusus," lanjut Sutopo.

Hingga sekarang, BNPB terus mendampingi pemerintah daerah dalam penanganan evakuasi ternak. Adanya keterkaitan ekonomi, sosial dan budaya antara masyarakat dan ternak menyebabkan penanganan pengungsi bukan perkara yang mudah. Pengalaman evakuasi saat erupsi Gunung Merapi di Jawa Tengah dan Yogyakarta pada 2010 menjadi pengalaman yang berharga.

Adapun bantuan dari berbagai pihak juga terus berdatangan. BNPB pada Minggu pagi mengirimkan kembali bantuan seberat 14 ton dibawa menggunakan kargo dari Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta berupa 5 unit sirine mobile iRADITIF Telehouse seberat 5 ton, 50 tenda pengungsi, 300 tenda keluarga, 3.400 lembar selimut, 2.570 matras, alat komunikasi berupa radio codan, ACCU 1000, handy talky, genset portable dan alat SMS broadcast.

"Alat komunikasi tersebut diperlukan untuk melakukan sosialisasi dan edukasi masyarakat untuk memberikan pemahaman tentang informasi aktivitas Gunung Agung dan upaya mandiri yang harus dilakukan," jelasnya.

BNPB juga sudah memasang rambu-rambu peringatan sebagai penanda  pemberitahuan jarak radius yang mudah dipahami masyarakat. Rambu dipasang di jalan-jalan sehingga masyarakat mengetahui posisinya di mana batas antara radius aman dan berbahaya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya