Minyak Cemari Teluk Bayur, Ditengarai dari Sebuah Kapal

Sampel air yang diduga tercemar minyak solar di Teluk Bayur, Kota Padang, Sumatera Barat, pada Kamis, 12 Oktober 2017.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Andri Mardiansyah

VIVA.co.id – Tumpahan minyak yang mencemari perairan Teluk Bayur,  Kota Padang, Sumatera Barat, pada Kamis, 12 Oktober 2017, ditengarai berasal dari sebuah kapal yang berlabuh di sana. Namun, belum dipastikan dari kebocoran atau sumber lain.

Lebih dari 20 Ribu Orang Didenda Rp 3,4 Juta karena Menyampah di Singapura

"Dugaan sementara, bisa jadi tumpahan solar itu berasal dari drum atau tumpahan dari got kapal," kata Kolonel Laut Yus K Usmany, Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan Teluk Bayur, di lokasi kejadian.

Otoritas Pelabuhan memastikan memberikan sanksi tegas terhadap siapa pun yang bertanggung jawab atas tumpahan minyak itu karena sudah melanggar aturan dan mencemari lingkungan. Tapi otoritas tetap menunggu hasil investigasi untuk mengetahui penyebabnya.

Pabrik Beton di Jakbar Diduga Sebabkan Polusi Udara, Terancam Disanksi

Berdasarkan pantauan di lapangan, dari beberapa titik yang tercemari solar, yang paling banyak ditemui adalah di pinggiran lokasi pelabuhan peti kemas di kawasan Dermaga 6. Lokasi itu tak jauh dari tempat tumpahan 50 ton palm fatty acid distillate (PFAD) beberapa waktu lalu.

Selain Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan Teluk Bayur, Kepolisian setempat juga tampak di lokasi untuk mencari tau penyebab dan sumber tumpahan solar itu.

Dua Perusahaan yang Diduga Cemari Lingkungan di Jakarta Utara Operasinya di Setop

Pada 28 September 2017, perairan Teluk Bayur dicemari cairan yang awalnya diduga crude palm oil atau minyak sawit. Jumlahnya cukup banyak, mencapai lebih 50 ton. Cairan itu disebut minyak sawit milik PT Wira Innomas.

Belakangan, PT Wira Innomas mengklarifikasi jenis cairan yang mencemari perairan itu: bukan minyak sawit, tetapi palm fatty acid distillate (PFAD). PFAD adalah produk sampingan dari penyulingan minyak sawit mentah yang mengandung asam lemak bebas yang sangat tinggi, dan bisa digunakan sebagai bahan makanan, mentega dan industri sabun bermutu tinggi.

Hendra Leo, Manajer Operasional PT Wira Innomas, mengatakan itu setelah timnya menyelidiki puluhan ton cairan yang tumpah. Dibuktikan dengan material yang dikumpulkan, ternyata cepat membeku jika terkena udara bebas; berarti PFAD, sementara minyak sawit tidak begitu.

"Yang tumpah itu adalah PFAD dan bukan CPO. PFAD dan CPO adalah produk kelapa sawit yang memiliki karakteristik yang berbeda," kata Hendra, Jumat 28 September 2017. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya