PVMBG: Meletus atau Tidak, Terserah Gunung Agung

Status Awas Gunung Agung di Bali sudah Satu Bulan
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

VIVA – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menegaskan tak ada perangkat atau pun analisis yang dapat menentukan kapan Gunung Agung meletus atau sebaliknya. Lembaga itu, melalui bantuan perangkat teknologi, hanya dapat mengenali gejala peningkatan aktivitas vulkanik.

PVMBG: Teramati Sinar Api Gunung Semeru

Devy Kamil, Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG, mengibaratkan lembaganya serupa dokter, sementara Gunung Agung seperti orang tua dengan anak kecil yang sedang sakit. Si orang tua pasti tahu betul kondisi anaknya, dan dokter sebatas melihat gejala.

"Dokter tidak tahu persis; dia hanya bisa membaca gejala-gejala saja," kata Devy saat berbincang dengan VIVA.co.id, Rabu, 25 Oktober 2017.

Gunung Merapi Semburkan Tiga Awan Panas Guguran Berjarak 1,8 Kilometer

PVMBG bisa tahu sebuah gunung api tengah beraktivitas tinggi, kata Devy, melalui berbagai gejala yang ditunjukan si gunung. Namun sehebat seorang dokter dan secanggih apa pun peralatannya, tetap saja tak bisa memprediksi kapan pasiennya akan meninggal atau sembuh total.

Hal paling maksimal yang dapat dilakukan dokter ialah mendiagnosis kemungkinan selamatnya besar atau kecil. Begitu juga dengan gunung api, PVMBG hanya dapat memperkirakan kemungkinan meletus atau tidak, melalui gejala yang tampak atau bisa dianalisis.

Masyarakat Diimbau Tak Beraktivitas di Sekitar Gunung Ili Lewotolok

Pada pokoknya, manusia hanya dapat mengikuti kehendak si gunung api. Jika aktivitas gunung itu menurun dan mengarah normal, ibarat pasien yang detaknya jantung semula cepat kemudian perlahan normal, atau semacam suhu badan yang semula demam tinggi lalu berangsur-angsur mereda.

"Artinya, kalau pada orang, kemungkinan meninggalnya mengecil, kemungkinan sembuhnya semakin tinggi. Gunung juga kecenderungannya sama," Devy bertamsil.

PVMBG tentu terus memintor perkembangan aktivitas Gunung Agung, serupa dokter memantau perkembangan setiap organ vital pasien. Tren konsisten penurunan atau peningkatan aktivitas Gunung Agung menjadi informasi amat berharga bagi PVMBG untuk membuat keputusan.

Satu hal yang pasti, menurut Devy, sejauh ini aktivitas vulkanik Gunung Agung belum konsisten, meski belakangan menujukkan gejala menurun. Fenomena itu pun belum cukup memadai sebagai dasar untuk menurunkan status kegawatan Gunung Agung. Masyarakat diminta tetap bersabar.

"Semua dokter," Devy mengumpamakan, "pasti ingin pasiennya sembuh. Tapi kadang-kadang tidak bisa seperti itu. Apalagi gunung api itu sangat kompleks sekali."

"Kita hanya bisa mempelajari tanda-tandanya, tidak ada yang bisa memastikan waktunya kapan, atau dia pada akhirnya dia memilih meletus atau tidak. Semua terserah gunungnya," ujarnya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya