Siapa Orang Indonesia yang Pimpin 100 Teroris ke Marawi?

Kondisi kota Marawi, Kepulauan Mindanao, Filipina, beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • Reuters/Erick de Castro

VIVA – Abu Muhammad Busrow, demikian nama ini tertulis ketika dilaporkan media Filipina, The Philippine Star, yang diterbitkan empat hari lalu, 19 November 2017. Sosok ini disebut-sebut berasal dari Indonesia.

Remaja Tikam 2 Pendeta Resmi Ditetapkan Sebagai Tersangka Terorisme

Dia juga yang dikabarkan memimpin 100 militan untuk membantu kelompok teror di Kota Marawi Filipina dalam pertempuran melawan pasukan Armed Forces of the Philippines (AFP).

Seperti dilaporkan philstar.com, seratus militan pimpinan Abu Muhammad Busrow yang disampaikan oleh intelijen militer Filipina, bukan lah orang 'sembarangan'.

Densus 88 Polri Tangkap 7 Terduga Teroris di Sulteng

Sebelum tiba di Marawi, mereka telah mengikuti beberapa latihan terlebih dahulu. Baru kemudian diberangkatkan secara bertahap ke Kepulauan Mindanao.

Intelijen juga menyebut, Abu Muhammad Busrow masuk bersama teroris asal Yordania dan kemudian ikut bertempur bersama kelompok Maute, yakni Isnilon Hapilon dan Omarkhayam Maute.

Indonesia Jadi Anggota Penuh Satgas Aksi Keuangan di FATF, Ini Tujuannya

Dan kini, setelah dua pentolan kelompok Maute tewas, nama Abu Muhammad Busrow pun melambung dan menjadi buronan oleh pemerintah Filipina dengan satu juta dolar.

Sejauh ini, seperti dilansir philstar.com, pemerintah masih belum bisa memverifikasi informasi itu. "Kami masih memvalidasi ini (jumlah militan asing)" kata seorang pejabat di pasukan antiteror Filipina.

Jejak 'Jihadis' Indonesia


Filipina memang telah menyatakan 'perang terbuka' untuk kelompok teroris yang berafiliasi dengan kelompok teror di Suriah atau ISIS.

Karena itu, selama lima bulan Presiden Filipina Rodrigo Duterte menetapkan status darurat militer di wilayah Mindanao. 

Kota Marawi yang menjadi pangkalan teroris dari kelompok Maute yang dipimpin oleh Isnilon Hapilon dan Omarkhayam Maute pun berhasil dihantam. Keduanya pun tewas bersama 900 orang pasukannya.

Sementara yang lainnya terpaksa tercerai berai. Termasuk lah Minhati Madrais, istri dari Omarkhayam Maute yang tertangkap di Mindanao Utara bersama enam anaknya.

Tak ada yang istimewa dari Minhati, namun demikian ternyata perempuan ini ternyata asli orang Indonesia. Ia berasal dari Bekasi Jawa Barat, dan sempat bersama Omarkhayam Maute tinggal selama dua tahun di daerah ini.

Kedua alumni Universitas Kairo Mesir yang menikah sejak 2009 inilah yang kemudian secara tidak langsung disebut-sebut sebagai 'penghubung' antara Indonesia dan Filipina dalam aksi terorisme.

Meski begitu, hingga kini kepolisian masih melakukan pendalaman lebih lanjut mengenai keterkaitan itu. "Kami ingin melihat sejauh mana ke dalaman atau peran dari yang bersangkutan di dalam kegiatan-kegiatan di Marawi," kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto.

Di luar itu, Filipina dan Indonesia memang rentan dengan aksi terorisme. Keterikatan yang tersembunyi antara kelompok teror dua negara ini menjadi rahasia umum.

Ditemukannya sejumlah orang Indonesia dalam aksi teror Marawi telah menjadi indikasi kuat hubungan itu. Atas itu, butuh sinergisitas semua pihak untuk mencegah agar tidak ada 'Marawi Baru' di Indonesia.

"Ini menjadi tantangan bagi kita dan Indonesia selama ini sudah cukup aktif mengantisipasi baik dari BNPT dan Kepolisian terus bekerja sama dengan pihak dan negara yang diketahui ada FTF (Foreign Terrorist Fighters) asal Indonesia," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI, Arrmanatha Nasir. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya