Gunung Agung Tenang Tapi Belum Tentu Tak Akan Meletus Lagi

Letusan Gunung Agung beberapa waktu lalu.
Sumber :
  • ANTARA Foto/Fikri Yusuf

VIVA – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi atau PVMBG melaporkan, aktivitas Gunung Agung relatif tenang. Secara visual tampak asap putih tipis keluar dari kawah setinggi 500-1.000 meter.

Pendaki Lansia Ditemukan Tewas di Puncak Gunung Agung, Jasad Ditemukan WNA

Berdasarkan perekaman periodik pukul 06.00-12.00 Wita, Minggu, 3 Desember 2017, kegempaan masih, di antaranya gempa frekuensi rendah tiga kali, vulkanik dangkal tiga kali, vulkanik dalam enam kali. Namun gempa tremor masih terjadi.

Berdasarkan pengukuran gas magmatik pada siang kemarin, konsentrasi gas SO2 yang mengindikasikan aliran magma turun drastis dibandingkan fase erupsi eksplosif 26-27 November.

Merugi, Seluruh Outlet Toko Buku Gunung Agung Bakal Ditutup Akhir 2023

"Kemarin siang nilainya lebih rendah dua puluh kalinya," kata Devy Kamil Syahbani, Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG.

Dia menjelaskan, kondisi asap putih tipis merefleksikan sedikitnya dua hal. Pertama, magma yang naik ke permukaan lajunya melemah, karena kehilangan energi akibat gas magmatik semakin berkurang setelah erupsi kemarin. Energi besar itu pada akhirnya habis dan mencapai keseimbangan baru.

Netizen Geram Lihat Tingkah Bule Lepas Celana Pamer Alat Kelamin di Puncak Gunung Agung Bali

Kemungkinan kedua, terjadi penyumbatan pada pipa magma, fluida magma yang bergerak ke permukaan terhalang lava di permukaan yang mendingin dan mengeras.

Jika kemungkinan pertama yang terjadi, potensi erupsi berkurang karena magma kehilangan mobilitasnya. "Bahkan erupsi-erupsi selanjutnya bisa jadi tidak teramati lagi dalam waktu dekat sampai magma baru suatu saat nanti lahir lagi," kata Devy.

Kalau kemungkinan kedua yang terjadi, potensi erupsi akan meningkat karena akumulasi tekanan magma bertambah. Pada waktu tertentu, ketika lava yang menutupi keluarnya magma kekuatannya lebih rendah daripada tekanan yang diakumulasi di bawahnya, erupsi dapat terjadi lagi.

Analisis terakhir pun mengandung kemungkinan juga, yaitu akumulasi tekanan yang kian besar. "Jika masa tenangnya lama, kemungkinan akumulasi tekanannya semakin besar; erupsi memungkinkan terjadi lebih eksplosif dari erupsi kemarin," ujarnya.

Dia mencontohkan erupsi Gunung Agung pada tahun 1963, yang tercatat mengalami fase istirahat atau tenang sekira dua minggu, lalu erupsi utama atau meletus besar yang mencapai ketinggian 23 kilometer.

Jika masa tenangnya pendek, kemungkinan akumulasi tekanannya tidak besar, erupsi memungkinkan untuk terjadi dengan eksplosivitas mirip erupsi beberapa hari lalu atau lebih rendah daripada erupsi utama tahun 1963. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya